Cape Canaveral (Antara Kalbar) - Kemungkinan asteroid menabrak Bumi lebih tinggi dari perkiraan yang diyakini para ilmuwan sebelumnya, kata kelompok nirlaba pembangun teleskop pemburu asteroid, Selasa (22/4).
Satu jaringan global yang mendengarkan ledakan senjata nuklir mendeteksi 26 asteroid yang meledak di atmosfer Bumi sepanjang tahun 2000 sampai 2013, demikian menurut data-data yang dikumpulkan oleh Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty Organization.
"Ada miskonsepsi populer bahwa dampak asteroid luar biasa langka...Itu tidak benar," kata bekas astronot Ed Lu, yang sekarang memimpin B612 Foundation yang bermarkas di California.
Yayasan yang namanya diambil dari buku fiksi planet "The Little Prince" karya penulis dan penerbang Prancis Antoine de Saint-Exupery itu pada Selasa (22/4) meluncurkan video visualisasi hantaman asteroid untuk meningkatkan kesadaran publik akan ancaman tersebut.
Asteroid-asteroid sekecil 131 kaki --lebih kecil dari separuh ukuran lapangan sepakbola Amerika-- bisa meratakan satu kota, kata Lu kepada reporter melalui konferensi lewat telepon.
"Bayangkan satu gedung apartemen sangat besar - bergerak secepat Mach 50," kata Lu seperti dilansir kantor berita Reuters.
Mach 50 adalah 50 kali kecepatan suara, atau sekitar 38.000 mph.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sudah punya program untuk melacak asteroid-asteroid lebih besar dari 0,65 mil.
Objek seukuran ini, kira-kira hampir sama dengan gunung kecil, akan menimbulkan pengaruh global jika menumbuk Bumi.
Satu asteroid dengan diameter sekitar enam mil menghantam Bumi sekitar 65 juta tahun lalu, memicu perubahan iklim yang diyakini menyebabkan dinosaurus dan kehidupan lain di dunia pada masa itu mati.
Lu mengatakan, ledakan meteorit yang menyebabkan lebih dari 1.000 orang terluka akibat pecahan gelas dan puing-puing di Chelyabinsk, Rusia, pada 15 Februari 2013 bisa menjadi pelajaran tentang dampak tumbukan asteroid.
"Chelyabinsk mengajarkan kepada kita bahwa bahkan asteroid berukuran 20-meter (66-kaki) bisa menimbulkan dampak substansial," kata Lu.
Asteroid yang bisa mematikan kota diperkirakan menumbuk Bumi setiap 100 tahun namun perkiraan itu tidak berdasarkan bukti keras.
B612 ingin mengetahui masalah itu menggunakan dana privat, teleskop inframerah antariksa yang disebut Sentinel akan melakukan tugas menemukan potensi bahaya dari asteroid yang mendekati Bumi.
Teleskop bernilai 250 juta dolar AS itu targetnya diluncurkan tahun 2018.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
Satu jaringan global yang mendengarkan ledakan senjata nuklir mendeteksi 26 asteroid yang meledak di atmosfer Bumi sepanjang tahun 2000 sampai 2013, demikian menurut data-data yang dikumpulkan oleh Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty Organization.
"Ada miskonsepsi populer bahwa dampak asteroid luar biasa langka...Itu tidak benar," kata bekas astronot Ed Lu, yang sekarang memimpin B612 Foundation yang bermarkas di California.
Yayasan yang namanya diambil dari buku fiksi planet "The Little Prince" karya penulis dan penerbang Prancis Antoine de Saint-Exupery itu pada Selasa (22/4) meluncurkan video visualisasi hantaman asteroid untuk meningkatkan kesadaran publik akan ancaman tersebut.
Asteroid-asteroid sekecil 131 kaki --lebih kecil dari separuh ukuran lapangan sepakbola Amerika-- bisa meratakan satu kota, kata Lu kepada reporter melalui konferensi lewat telepon.
"Bayangkan satu gedung apartemen sangat besar - bergerak secepat Mach 50," kata Lu seperti dilansir kantor berita Reuters.
Mach 50 adalah 50 kali kecepatan suara, atau sekitar 38.000 mph.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sudah punya program untuk melacak asteroid-asteroid lebih besar dari 0,65 mil.
Objek seukuran ini, kira-kira hampir sama dengan gunung kecil, akan menimbulkan pengaruh global jika menumbuk Bumi.
Satu asteroid dengan diameter sekitar enam mil menghantam Bumi sekitar 65 juta tahun lalu, memicu perubahan iklim yang diyakini menyebabkan dinosaurus dan kehidupan lain di dunia pada masa itu mati.
Lu mengatakan, ledakan meteorit yang menyebabkan lebih dari 1.000 orang terluka akibat pecahan gelas dan puing-puing di Chelyabinsk, Rusia, pada 15 Februari 2013 bisa menjadi pelajaran tentang dampak tumbukan asteroid.
"Chelyabinsk mengajarkan kepada kita bahwa bahkan asteroid berukuran 20-meter (66-kaki) bisa menimbulkan dampak substansial," kata Lu.
Asteroid yang bisa mematikan kota diperkirakan menumbuk Bumi setiap 100 tahun namun perkiraan itu tidak berdasarkan bukti keras.
B612 ingin mengetahui masalah itu menggunakan dana privat, teleskop inframerah antariksa yang disebut Sentinel akan melakukan tugas menemukan potensi bahaya dari asteroid yang mendekati Bumi.
Teleskop bernilai 250 juta dolar AS itu targetnya diluncurkan tahun 2018.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014