Jakarta (Antara Kalbar) - Juru Bicara DPP Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) RJ Suhandoyo menilai politisi Yuddy Chrisnandi seharusnya tidak gegabah dengan menyalahkan Ketua Badan Pemenangan Pemilu Hary Tanoesoedibjo atas kegagalan partai tersebut dalam Pemilu Legislatif 2014.

"Sebagai politikus kawakan, handal dan kaya dengan pengalaman diorganisasi politik, (Yuddy) seharusnya tidak gegabah mengambil sikap menvonis kesalahan pada teman politik seperjuangan yang ingin membesarkan partai seperti Pak Hary Tanoesoebidjo," kata Suhandoyo dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Senin.

Menurut mantan Kepala Pusat Penerangan dan Hukum Kejaksaan Agung itu, Yuddy dinilai telah kebablasan dalam memberikan komentar tentang belum berhasilnya Partai Hanura mencapai target perolehan suara pada Pileg 2014.

Ia mengemukakan, pendapat yang dapat membangun budaya perpecahan seharusnya dihindari demi mencapai cit-cita yang selama ini didambakan yaitu menjadi partai maju dan besar.

"Saran dan kritikan tajam pada sebuah kebijakan akan lebih tepat bila disalurkan lewat forum resmi dalam kegiatan rapim atau rapat badan pengurus harian, sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan," ujarnya.

Lebih lanjut, Suhandoyo menuturkan, sebagai jajaran pengurus yang sangat dekat dengan pimpinan teratas partai, Yuddy seharusnya mampu menerjemahkan dan mengaplikasikan kebijakan pimpinan.

"(Yakni) dengan memberikan dukungan sepenuh hati, bukan melakukan perlawanan secara terselubung," katanya.

Dampak perilaku yang setengah hati dalam memberikan dukungan pada kebijakan pimpinan itulah, lanjut dia, yang merupakan salah satu penyebab kegagalan perjuangan partai.

Suhandoyo mengatakan perjuangan menatap masa depan masih panjang sehingga seluruh pengurus dan kader partai diharapkan tetap menjaga persatuan dan kesatuan.

Pengurus dan kader partai diharapkan bisa terus membangun budaya keterbukaan, kebersamaan dan kerterpaduan dalam menyikapi informasi, pendapat-pendapat, atau kritikan yang belum teruji kebenarannya
   
"Bagi yang terusik dengan kebijakan partai atau kebijakan pimpinan partai pilihan baiknya merenung sekaligus introspeksi diri apakah selama ini sudah memberikan setiap nafas dan langkah demi membesarkan partai, atau ingin mendapatkan jabatan atau kekuasaan untuk menggaruk keuntungan. Bila ini yang ingin dicapai lebih ksatria kalau memilih mundur," tegasnya.

Ditambahkan Suhandoyo, sikap dan pendirian yang tidak sejalan dengan kebijakan strategis pimpinan tinggi partai terkait hasil Pileg, masalah Bappilu serta masalah lain pascapendaftaran Pilpres tidak sepantasnya dibicarakan dengan cara emosional dan terbuka melalui media cetak dan elektronik.
"Karena dikhawatirkan akan dimanfaatkan pihak-pihak tertentu yang ingin merusak citra partai," katanya.

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014