Ngabang (Antara Kalbar)  – Lomba lagu daerah etnis di Kabupaten Landak, yang berasal dari Melayu, Dayak, Jawa dan Tionghoa bakal meramaikan rangkaian acara Keraton Ismahayana Landak yaini Ziarah Akbar dan Tumpang Negeri 13 - 24 Juni mendatang.

“Acara Ziarah Akbar dan Tumpang Negeri akan kita kemas dengan sejumlah hiburan di antaranya lomba lagu daerah, lomba busana melayu dan lomba qosidah. Selain itu, juga ada setiap malam digelar pasar rakyat di komplek Keraton Landak,” kata Ketua Panitia Pelaksana Ziarah Akbar dan Tumpang Negeri, Gusti Agus Kurniawan, di Ngabang, Selasa (6/5).

Sedangkan acara sakral Tumpang Negeri meliputi, buang telur ke air, antar bubur abang, mencuci barang pusaka Keraton Ismahayana Landak, membuat dan mengantar tumpang, sedekah kampong selama tiga hari berturut-turut, yaninan, zizrah ke makam Raden Abdul Khara dan Ratu Bongkok serta Riam Serawak.

“Terakhir ruahan atau makan bersama di Keraton antara unsur pemerintahan Landak, masyarakat dan kerabat Keraton.  Event ini sudah digelar setiap tahun dan sekarang memasuki tahun ke-14,” ujar Agus yang juga Kabid Pemuda Olahraga Disporabudpar Landak ini.

Ia mengatakan, acara Ziarah Akbar dan Tumpang Negeri digelar bertujuan guna memperat hubungan silaturahmi antar etnis di Kabupaten Landak dan menumbuhkembangkan rasa persatuan dan kesatuan di masyarakat.

“Serta mengingat kembali sejarah terbentuknya Keraton Landak sebagai salah satu bukti peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan serta melestarikan adat budaya dan kesenian di wilayah kabupaten Landak,” tegas Agus.

Seperti diketahui, Tumpang Negeri, merupakan kegiatan, yang berawal dari kearifan lokal orang Melayu, atau orang laut di Kabupaten Landak. Kearifan lokal merefleksikan, manusia bukanlah mahluk berkuasa. Ketika terjadi bencana alam, manusia tidak bisa menghindar. Menyadari manusia mahluk lemah, agar manusia menjadi kuat, ia harus berinteraksi dengan alam.Bekerja sama dengan alam, jauh lebih baik daripada menaklukan alam.Alam ada dua. Alam gaib dan nyata. Kearifan lokal masyarakat setempat, manusia harus bisa berinteraksi dengan alam gaib.

Melalui upacara Tumpang Negeri, masyarakat seolah ingin memberi tahu, bahwa mereka akan melaksanakan perhelatan besar selama setahun.

Tujuannya, agar semua diberi kemudahan dalam melakukan sesuatu. Yang bertani mengharapkan kemudahan dalam bercocok tanam. Bagi yang bekerja di sektor usaha, dimudahkan dalam berusaha. Dan berbagai kemudahan dalam menjalankan aspek hidup lainnya.Masyarakat menginginkan ”mereka” yang berada di alam gaib ikut menjaga, ketika manusia menggunakan sungai dan menggunakan jalan, tidak diganggu. Bagi sebagian besar masyarakat Kalimantan, sungai merupakan urat nadi kehidupan. Jalur perekonomian dan transportasi.

Masyarakat meminta kepada Tuhan, yang berkuasa atas mahluk-mahluk, supaya urat nadi kehidupan ini tidak diganggu.Jadi, bukan meminta kepada alam gaib. Bila meminta pada alam gaib, sifatnya menjadi sirik dan menyekutukan Tuhan. Itulah, makna filosofinya.Acara Tumpang Negeri, mempunyai dua dimensi. Pertama, merupakan suatu doa, supaya terhindar dari segala balak, bencana alam dan penyakit. Kedua, permohonan keselamatan dan kesejahteraan. Agar tahun mendatang, segala kehidupan akan lebih baik dan sejahtera.

Pewarta: Kundori

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014