Wellington (Antara Kalbar/Xinhua-OANA) - Beberapa ilmuwan Selandia Baru dan Jerman telah menemukan satu jaringan besar gas metan dan metan beku, sehingga mengakibatkan tanah longsor bawah laut dan mengeluarkan gas rumah kaca, di samudra di lepas Pantai Timur Selandia Baru.

Tim 16-anggota itu menggunakan teknologi seismik 3D dan 2D untuk memetakan gas metan di satu daerah di lepas pantai North Island, yang dikenal memiliki tanah longsor sampai sepanjang 15 kilometer dan tebal 100 meter, kata Lembaga Nasional Penelitian Air dan Atmosfir Selandia Baru (NIWA).

Mereka mendapati 99 letupan gas di satu daerah seluas 50 kilometer persegi dari dasar laut dengan ketinggian mencapai 250 meter, sehingga membuatnya menjadi konsentrasi saluran gas paling padat yang diketahui di Selandia Baru.

Ladang hidrat dan gas itu bervariasi dari ladang lain yang dikenal di Selandia Baru, kata ahli kelautan NIWA Dr. Joshu Mountjoy, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin siang.

"Sebelumnya, semua lokasi saluran gas telah berada di perairan yang lebih dalam dan berkaitan dengan patahan besar gempa bumi," kata Mountjoy di dalam satu pernyataan pada Senin.

"Metan adalah gas rumah kaca yang sangat efektif dan keluarnya metan dasar laut memiliki potensi untuk secara dramatis mengubah iklim Bumi. Saat temperatur samudra berubah, sistem hidrat metan memiliki potensi untuk menjadi tidak stabil," katanya.

Terjadinya tanah longsor lamban yang sangat besar, bukan bencana, memiliki dampak potensi besar bagi tsunami untuk menghasilkan tanah longsor secara global.

"Tanah longsor dasar laut yang bergerak lamban semacam ini, pada dasarnya tak dikenal di seluruh dunia, tapi tampaknya sangat mungkin bahwa peristiwa itu memang terjadi secara luas dan merupakan proses penting dalam pembentukan batas benua," kata Mountjoy.

 (C003/Chaidar)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014