New York (Antaranews Kalbaar) - Plastik yang digunakan setiap hari berupa botol dan kemasan mengeluarkan gas rumah kaca ketika terpajan sinar Matahari, demikian satu studi baru-baru ini, sehingga memicu keprihatinan global mengenai dampaknya pada pertumbuhan samudra di dunia.
Polusi plastik telah menjadi pengawasan ketat dari para pecinta lingkungan hidup sementara besarnya masalah telah jelas; tahun ini, polusi itu terbukti bahwa satu pulau yang sangat besar dan terbuat dari limbah plastik di Samudra Pasifik jauh lebih besar daripada perkiraan.
Sekarang banyak ilmuwan telah mendapati bahwa plastik yang biasa digunakan juga menghasilkan metana serta etilena yang berpotensi menjadi gas rumah kaca saat benda tersebut menjadi tua, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad malam. kondisi itu menambah buangan gas global yang membuat hangat planet ini.
Studi tersebut, yang disiarkan di jurnal PLOS ONE, mengatakan plastik "tampaknya menjadi unsur yang tidak penting bagi anggaran (metana) global" karena sedikitnya jumlah yang dihasilkan.
Namun Jonathan Nichols, seorang asisten profesor Ilmu Bumi di Columbia University di New York, mengatakan temuan tersebut "sangat penting".
"Orang tak bisa menyelesaikan masalah gas rumah kaca sampai orang mendefinisikan setiap bagiannya," kata Nichols melalui telepon kepada Thomson Reuters Foundation.
Buangan metana, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil, adalah pengendali utama pemanasan global, dan menempatkannya di persimpangan perang global melawan perubahan iklim.
Jennifer Provencher, seorang peneliti polusi plastik di Acadia University di Kanada, mengatakan hasil itu menunjuk kepada "potongan lain bukti yang menyatakan bahwa pembuangan plastik ke lingkungan hidup tidak bagus".
Lebih dari sembilan miliar ton plastik telah dihasilkan sejak 1950 dan kebanyakan dibuat di tempat pembuangan sampah atau lingkungan hidup, demikian hasil penelitian sebelumnya.
Para ilmuwan telah berulangkali mengaitkan pajaan beberapa bahan kimia plastik, seperti bisphenol A (BPA), beresiko terhadap kesehatan.
Apa yang dinamakan tumpukan sampah plastik yang mengambang di Samudra Pasifik berisi 16 kali lebih banyak daripada sampah yang sebelumnya diduga, sehingga menimbulkan ancaman besar terhadap rantai makanan, demikian temuan para ilmuwan pada Maret.