Jakarta (Antara Kalbar) - Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan setuju jika cukai rokok dinaikkan sehingga diharapkan dapat mengurangi jumlah perokok dan mencegah remaja untuk mulai merokok.

"Tujuan utama kalau harga rokok mahal, maka keluarga yang gak mampu dan generasi muda tidak membeli, sehingga jumlah perokok dikalangan keluarga gak mampu dan remaja berkurang," kata Menkes di Jakarta, Jumat.

Penambahan pendapatan pemerintah pusat maupun daerah akibat kenaikan cukai itu disebut Menkes bukan tujuan utama meskipun penambahan pendapatan itu dapat digunakan secara positif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

"Kalau pendapatan daerah/pusat bertambah itu bagus juga. Tapi yang jelas mengurangi jumlah orang yang membeli rokok," ujar Menkes.

Selain menyetujui kenaikan cukai rokok, Nafsiah Mboi juga berharap agar peringatan kesehatan di bungkus rokok yang kini ditambah dengan peringatan bergambar dapat mengurangi jumlah perokok.

"Sekarang diganti dengan gambar, dengan harapan perokok pemula melihat gambar itu dan tidak jadi merokok. Karena kata-kata sekarang sudah gak mempan lagi," kata Menkes.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengimbau pemerintah untuk menaikkan pajak tembakau karena hal itu dinilai berhasil mengurangi dan mencegah perokok terutama di kalangan remaja.

"Penelitian menunjukkan bahwa pajak yang tinggi sangat efektif dalam mengurangi penggunaan tembakau di kalangan kelompok-kelompok berpenghasilan rendah dan dalam mencegah orang-orang muda dari mulai menggunakan tembakau," kata Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara Poonam Khetrapal Singh sebelumnya.

Kenaikan harga rokok hingga 10 persen karena pajak tembakau diperkirakan akan mengurangi konsumsi tembakau hingga delapan persen di sebagian besar negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Pengurangan jumlah perokok itu penting karena di Kawasan Asia Tenggara, lebih dari 1,3 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya dari kematian terkait tembakau sehingga penurunan konsumsi tembakau karena pajak yang lebih tinggi dan harga itu diharap akan mengurangi kematian dan penyakit terkait tembakau kedepannya.

Negara-negara di WHO Kawasan Asia Tenggara memiliki jumlah perokok yang mencapai 25 persen dari jumlah global dan 90 persen dari pengguna tembakau tanpa asap di dunia.  

(A043/A.F. Firman)

Pewarta: Arie Novarina

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014