Ngabang (Antara Kalbar)  - Jika umumnya warga di hari pertama Lebaran menyajikan lontong dan ketupat kepada sanak-keluarga yang datang silaturahmi di rumah. Tapi lain halnya bagi masyarakat Jawa di Desa Kayuara dan Pongok Kecamatan Mandor Kabupaten Landak.  Masak ketupat dan lepat ketika di hari keenam dan ketujuh lebaran atau yang dikenal istilah Bodo Kecil (lebaran kecil,red) yaitu khusus lebaran ketupat.

"Kalau di Jawa, memang sudah menjadi tradisi bodo kecil ini, kita di Kalbar sebagai pendatang yang sudah menetap sejak lama. Juga masih menjalankan tradisi lebaran ketupat ini," ujar Jayus, seorang warga lokal.

Ia mengaku apa makna lebaran ketupat juga tidak tahu persis, karena memang mengikuti orang tua yang turun- temurun. Pastinya, ketika lebaran ketupat warga membuat masakan ketupat beras dan lepat dari pulut, selain ada acara ritual pembacaan doa di masjid dan surau, pastinya untuk di makan bersama keluarga dan
tamu-tamu lainnya.

"Jadi, kalau saat hari pertama dan kedua lebaran cukup kue dan makan nasi saja. Nah, di hari ke tujuh ini baru makan ketupat. Cara saji tergantung yang masak, ada pakai sayur, sambal kecap, sate, dan
lainnya,"ungkapnya.

Ada banyak jenis 'klongsongan' (istilah bahasa Jawa) atau bungkus ketupat, misalnya ketupat luar, ketupat sinto, ketupat bata, dan ketupat kodhok. Pembedaan nama masing-masing ketupat didasarkan pada cara pembuatannya yang memiliki pola berbeda.

"Nama ketupat dalam bahasa Jawa disebut 'kupat' dan mempunyai makna, antara lain 'ngaku lepat' yang artinya mengaku bersalah," ujarnya.

Pewarta: Kundori

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014