Jakarta (Antara) - Sejumlah provinsi di Indonesia saat ini memiliki hotspot atau titik api dan sebagian besar sudah meluas hingga asap yang dihasilkan dari kebakaran itu mengganggu negara tetangga.

"Titik api yang terdapat di Kalteng, Kalbar, Kalsel, Sumsel, Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, dan Lampung diperkirakan terus meningkat itu berdasarkan pantauan setelit MODIS," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan titik api di Kalteng sebanyak 630, Kalbar 268, dan Kalsel 74. Sedangkan di Sumsel 281, Riau 94, Kepulauan Bangka Belitung 53, Jambi 48, dan Lampung sebanyak 8 titik api, itu berdasarkan pantauan pada Senin (15/9).

Akibat kebakaran itu asap dari Kalimantan mengarah ke arah timur laut menuju pusaran siklon Kalmaegi.

Sedangkan di Sumatera angin menuju ke utara dan timur laut sehingga asap dari Sumsel menyebar ke wilayah Riau.

Untuk asap dari Riau dan Sumsel menyebar ke Singapura sehingga menyebabkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Singapura dan sebagian Malaysia naik menjadi sedang (moderate).

"Kebakaran yang menimbulkan asap itu sudah menyebar ke negara tetangga ini harus cepat dilakukan penanggulangan agar titik api tidak semakin meningkat," tuturnya.

Dikatakannya, sebagian besar penyebab kebakaran adalah dibakar di areal kebun dan hutan.

Upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan oleh para pemerintah setempat.

"BNPB telah mengerahkan tujuh helikopter water bombing untuk memperkuat BPBD dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan," ujarnya.

Bantuan untuk provinsi Riau ditempatkan satu helikopter bolco dan satu sikorsky untuk water bombing dan 300 personil TNI dan Polri dikerahkan guna memadamkan titik api, pihak manggala agni dan relawan juga terlibat dalam pemadaman tersebut.      
    
Selanjutnya, untuk Sumsel tiga helikopter yaitu bolco, MI-8, dan kamov beroperasi. BPBD berkoordinasi dengan instansi terkait melakukan pemadaman dengan mengerahkan 120 personil. Di Kalteng dilakukan pemadaman udara dengan helikopter MI-8.

"Pemadaman di darat dilakukan tim gabungan dari BPBD, TNI, Polda, BMKG, Dinas Kehutanan, Manggala Agni, dan relawan terlibat dalam pemadaman. Di Kalbar dengan helicopter Bolco melalui udara dan juga pemadaman di darat," ucapnya.

Sementara itu puncak kemarau diperkirakan hingga Oktober 2014 sehingga potensi kebakaran akan makin meluas jika tidak ada pengendalian. Berdasarkan data tahun 2006-2014, pola hotspot di Sumatera dominan terjadi pada pertengahan Juni-Oktober.

Sedangkan di Kalimantan pada Agustus-Oktober untuk puncak hotspot adalah bulan September-Oktober. Daerah-daerah yang terbakar adalah lahan gambut yang sulit dipadamkan.

(SDP-71/J. Susilo)

Pewarta: Gunawan Wibisono

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014