Kuala Lumpur (Antara Kalbar) - Beberapa pengikut aliran sesat yang tengah dipantau pihak berwajib di Malaysia diduga melarikan diri ke Indonesia, termasuk pemimpin utamanya, setelah kegiatan mereka terungkap di media sejak awal September.

Harian Metro terbitan Kuala Lumpur, Selasa melaporkan, pemimpin utama aliran sesat yang merupakan pegawai di sebuah Jabatan Agama Islam Negeri, gagal ditahan pada Jumat (19/9) karena ia tidak muncul di Lapangan Terbang Antarbangsa Kuala Lumpur 2 (KLIA2).

"Yang ada ialah tujuh orang lain termasuk dua perempuan dan seorang anak-anak. Pihak berwajib mengenali mereka sebagai antara pemimpin utama aliran sesat itu," kata sebuah sumber.

Namun, pihak berwajib tidak memiliki perintah tangkap terhadap ketujuh individu tersebut sehingga mereka dibiarkan lolos.

"Ada kemungkinan dia (tersangka utama) sudah lari ke Indonesia menggunakan jalur ilegal," katanya.

Menurut dia, hasil pengusutan pihak berwenang menunjukkan bahwa Indonesia menjadi pilihan kelompok itu untuk melarikan diri karena ajaran sesat itu diduga berasal dari negara tetangga itu.

Selain melarikan diri dari ditahan pihak berwajib, para pemimpin aliran itu diduga lari ke Indonesia untuk bertemu dan menambah ilmu dengan "Nabi baru" mereka.

Sementara itu, pejabat Kementerian Dalam Negeri Malaysia Zamihan Mat Zin Al Ghari mengatakan kelompok tersebut diduga memiliki dana hingga 3 juta ringgit (Rp11 miliar) dan berpotensi terjerumus dalam aktivitas militan.

Kelompok tersebut diduga memiliki sekitar 5 ribu anggota di seluruh Malaysia dan memperoleh sumber keuangan dari hasil sumbangan anggotanya.

Selain bergerak di dalam negeri, hasil pengusutan juga mendapati kelompok itu mempunyai kaitan dengan sebuah organisasi politik di negara tetangga serta beberapa ajaran lain sebelum ini.

"Sebelum ini, ajaran itu bergerak aktif di Selangor, Wilayah Persekutuan dan Negeri Sembilan sebelum mulai menyusup masuk ke bagian utara Semenanjung setelah aktivitas mereka mulai diendus pihak berwajib," katanya.

(N004/Yuniardi)

Pewarta: N. Aulia Badar

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014