Tayan (Antara Kalbar) - Keraton Tayan di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, berupaya melestarikan budaya mandi bedil kerajaan dan perang ketupat ke-II, agar tradisi lama ini tetap diingat masyarakat.

Tradisi itu digelar di Keraton Tayan, Sabtu, disaksikan ribuan warga Tayan, termasuk Raja Tayan XIV Gusti Yusri.

Gusti Yusri mengatakan tradisi mandi bedil adalah acara memandikan barang-barang pusaka kerajaan, seperti keris, pedang, tombak maupun meriam. Sedangkan perang ketupat adalah masyarakat melempar ketupat antara masyarakat yang berada didaratan dengan masyarakat yang berada di atas sungai.

Mandi bedil kerajaan adalah sebuah ritual adat yang sudah berlangsung lama atau sejak Kerajaan Tayan berdiri di zaman Raja Pertama Gusti Lekar yang beristrikan Encik Periuk.

"Tetapi sempat tidak dilaksanakan, dan terakhir dilakukan tahun 1982, kini dalam dua tahun terakhir kembali dilakukan dalam rangka melestarikan seni dan budaya Keraton Tayan dan membangkitkan industri pariwisata Tayan," ungkapnya.

Zaman dahulu bedil kerajaan juga bisa dimandikan selain satu Muharram, seperti bila negeri dilanda kekeringan, atau diserang wabah penyakit, serta bala bencana, yang biasanya ada isyarat mimpi yang dialamatkan kepada raja atau pemimpin sesepuh negeri.

Kemudian air dari mandian bedil kerajaan itu, dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit manakala ada wabah, atau digunakan untuk memupuk tanaman padi yang juga sebagai air tolak bala, katanya.

"Mandi bedil kerajaan bisa dilakukan di dalam keraton dan bisa juga di luar, tetapi tempatnya ditentukan, yakni di Muara Sungai Tayan persis diujung Tanjung (salah satu situs sejarah Kerajaan Tayan," ujarnya.

Sementara itu, perang ketupat, yakni rangkaian dari mandi bedil kerajaan. Dinamakan perang ketupat, yakni sebagai bentuk simbolik tolak bala yang kemungkinan melanda negeri (Kerajaan Tayan).

"Bentuknya saling melemparkan ketupat tolak bala, antara warga di pinggir sungai dengan warga yang menggunakan motor air, yang diselenggarakan di Muara Sungai Tayan hingga menuju Istana Keraton Pakunegara Tayan di Desa Pedalaman yang berjarak sekitar satu kilometer dari situ kerajaan itu," ujar Yusri.

Ketupat yang digunakan untuk perang ketupat, yakni hasil penyerahan dari warga sebanyak 21 buah tiap rumah tangga secara sukarela.

"Ketupat tolak bala tersebut bentuknya berbeda dengan ketupat pada umumnya. Ketupat yang diserahkan itu, penyisihan dari hasil panen dan hanya 21 buah setiap kepala keluarga," kata Yusri yang biasa di panggil Abah tersebut.

Dalam tradisi perang ketupat tersebut, ada gendering yang ditabuh warga Suku Dayak di Dusun Entangi, Desa Empetai yang sudah dilakukan sejak turun temurun menjadi bagian dari tradisi perang ketupat yang merupakan simbolik dari tradisi kearifan lokal.

Selain itu, Keraton Tayan juga menggelar berbagai perlombaan seni dan budaya yang jumlahnya sekitar 21 perlombaan. Dari itu ada sifatnya yang khusus warga dari lima kecamatan, dan terbuka untuk umum, seperti lomba pangkak gasing, ngayam pukat, sumpit, sampan tradisional, lomba pemilihan bujang-ayang (bujang dan dara), lomba saprahan, pembuatan kue tradisional dan lain sebagainya, kata Yusri.

"Kami berharap dengan dibangkitkannya lagi tradisi mandi bedil dan perang ketupat yang sempat tenggelam, dan baru ditimbulkan lagi sejak dua tahun terakhir itu, bisa berdampak positif bagi perkembangan dunia wisata di Tayan, dan Kalbar umumnya," kata Yusri.

Sementara itu bupati sanggau Paulus Hadi mengatakan, Pemerintah Kabupaten Sanggau dalam hal ini sangat mendukung pelaksanaan pagelaran seni budaya di Keraton Tayan ini.

Salah satu dukungan Pemkab Sanggau, yakni membangun turap beton di sepanjang pinggir sungai di depan Keraton Pakunegara Tayan ini. Selain itu pihaknya juga akan membantu biaya perehaban Keraton Pakunegara Tayan tersebut.

Bupati Sanggau optimistis Tayan akan mengalami peningkatan ekonominya, karena Tayan merupakan 17 kota di Indonesia sebagai daerah berstatus kawasan strategis nasional yang sekaligus masuk dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Acara itu juga diisi dengan penganugerahan gelar kebesaran yang diberikan kepada sejumlah pihak yang dianggap berjasa kepada Keraton Pakunegara Tayan, diantara yang menerima penganugerahan yaitu, kepala Bank Indonesia, kepala Bank Kalbar, bupati Sanggau, dan Pangiran hajjah Mahani binti Pangiran Hajiahmad dari Kerajaan Brunai Darussalam.

Acara itu juga mendapat dukungan dari Lanal Pontianak dengan menghadirkan kapal perang di Sungai Tayan Hilir depan Keraton Pakunegara Tayan serta dukungan dari TNI-AU Supadio dengan atraksi pesawat tempur di udara.

(A057/R010)

Pewarta: Mawardi dan Andilala

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014