Surabaya (Antara Kalbar) - Arti sebenarnya dari UKM memang usaha kecil menengah, namun tidak ada salahnya Yoice Kristianingsih mengharapkan agar bisa menjadi usaha kecil miliaran.

Yoice adalah Ketua PKK di RW 08, Kelurahan Perak, Kecamatan Pabean Cantikan, Surabaya, Jawa Timur yang mengembangkan UKM bordir dan kue kering.

Di tangannya, bahan bordir diubah menjadi tas-tas cantik. Bukan hanya tas, tempat pensil, dompet, hingga kerudung menghiasi meja etalase yang siap "merayu" para pembeli.

Kerajinan bordir dihargai mulai dari RpRp25.000 untuk kerajinan dalam ukuran kecil hingga Rp200.000 untuk kerajinan dalam ukuran besar.

Namun, tas memang menjadi primadona yang dicari para pembeli, kata Yoice. "Yang paling banyak dicari itu tas," ujarnya.

Yoice juga meracik kue klasik agar lebih disukai masyarakat, seperti opak gapit, nastar dan putri salju.

Harga kue-kue pun masih terjangkau, yakni berkisar antara Rp20.000 hingga Rp50.000 per toples.

Namun, pihaknya menjual lebih murah apabila pembelian dilakukan secara borongan atau kiloan. Dalam satu bulan, UKM yang digerakkan Yoice dan ibu-ibu PKK itu bisa menghasilkan omzet Rp1,5 juta hingga Rp12,5 juta.

Kendati pun, wanita berjilbab itu mengatakan omzet yang didapat tidak tentu, ada saat-saatnya ramai, ada kalanya sepi.

Maklum saja, promosi yang ia lakukan masih dari mulut ke mulut, sesekali mengikuti pameran.

Saat-saat ramai, kata Yoice, yaitu pada beberapa bulan yang lalu saat banyaknya promosi jabatan, ia harus memenuhi pesanan 500 toples kue.

"Sebetulnya kita enggak fokus sama keuntungan (profit oriented) yang penting ibu-ibu di sini diberdayakan, ada kegiatan dan ada penghasilan tambahan," tutur Yoice.

Pengerjaannya pun dilakukan ibu-ibu PKK di waktu luang dan keuntungan yang didapat diputar kembali untuk modal.

Masing-masing perajin mendapatkan upah sesuai apa yang mereka kerjakan, seperti Rp3.000 dari pengerjaan satu tas.

Saat ini terkumpul sebanyak 30 perajin baik dari RW 08 maupun RW 07 yang berkecimpung dalam UKM yang pernah dikunjungi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini itu.

Sebetulnya, UKM bordir dan kue kering itu dimulai sejak 2010, namun pada 2011 mendapatkan bantuan dari PT Pertamina (Persero) sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berupa pelatihan dan barang modal, seperti tiga mesin jahit, tiga oven, tiga mixer dan 50 kursi.

Yoice berharap UKM yang ia naungi itu bisa terus berkembang, meluas dan mendapat perhatian dari berbagai pihak, terutama dari pemerintah.

    
          Bunga Klobot Jagung
Untuk dapat mewujudkan usaha kecil "miliaran", UKM bunga klobot "Sekar Tanjung" di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, juga mengupayakan agar lebih dikenal masyarakat.

Pengelola UKM Lazib mengaku usahanya belum dikenal banyak orang, hanya kalangan tertentu saja.

"Kita memang pemasaran masih kurang, masih banyak yang belum tahu usaha kita ini," ujarnya.

Pemasaran yang awalnya dari mulut ke mulut, kini mulai merambah dunia maya, melalui blog www.bungaklobot.blogspot.com.

"Kita memanfaatkan yang gratis, yang penting informasinya sampai dan orang-orang bisa tahu usaha kita ini," ucapnya.

Kerja sama dengan salah satu penyedia jasa telekomunikasi pun, Lazib lakoni untuk mempromosikan usahanya itu.

"Jadi, ketika orang itu beli pulsa, ada notifikasi kalau mau beli kerajinan bunga, ada di sini. Nanti orang yang menunjukkan sms itu mendapatkan diskon dari 15 persen dari pembelian," ujarnya.

Harga satu bunga mulai dari Rp5.000 per tangkai hingga Rp250.000 per pot, mulai dari bentuk bunga mawar, tulip, lavender dan lainnya.

Selain dari bahan klobot (kulit jagung), perajin juga memanfaatkan sampah plastik untuk dibuat menjadi bunga-bunga kecil nan-cantik.

Kebanyakan, yakni dari bank-bank untuk hiasan di kantor, seperti BRI, BNI dan BCA.

Omzet yang di dapat pun tak tentu, terkadang Rp500.000 per hari, terkadang ketika sepi Rp500.000 per bulan.

Selain terbentur pemasaran, perajin awalnya terkumpul 45 orang dari empat desa pun terus berkurang, saat ini jumlahnya bisa dihitung jari tidak lebih dari 10 orang.

Lazib mengatakan penduduk sekitar masih belum terlalu tertarik dengan bisnis dan masih mengandalkan penghidupannya dari bertani jagung.

Namun, Lazib yang dibantu istrinya, Juminingsih itu pun tidak menyerah. Ia mendaftarkan merek dagangnya ke Kementerian Hukum dan HAM agar diakui hak patennya.

"Kita sengaja mendaftarkan mereknya bunga 'klobot' bukan bunga kulit jagung, agar masyarakat lebih mengenal klobot," tuturnya.

Pemda, dalam hal ini, Dinas Perekonomian dan Pariwisata Tuban juga telah memberikan bantuan berupa toko di "rest area" Bekas Terminal Tuban, Jawa Timur.

UKM tersebut merupakan binaan PT Pertamina Persero sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang diinisiasi sejak 2011.

Kepala Operasi TBBM Tuban Hari Purnomo mengatakan CSR tersebut bertujuan untuk mengalihkan pembakaran limbah kulit jagung yang jaraknya 50-100 meter dari tangki minyak menjadi barang yang bernilai ekonomis.

"Yang mengkhawatirkan itu ketika musim panen, kulit jagung ditemukan di mana-mana, pembakaran tentu membahayakan dari sisi 'health' 'safety' 'security' 'evironment' (HSSE)," ungkapnya.

Dia menyebutkan pembinaan kepada masyarakat Desa Ramen, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.

Dana Rp50 juta untuk pelatihan dan Rp48 juta untuk pembelian toko pun telah disalurkan.

Cusrtomer Relation Officer MOR-V Pertamina Alih Istik Wahyuni mengatakan CSR itu juga bertujuan untuk memanfaatkan klobot jagung sisa panen yang biasanya dibakar, tetapi bisa dijadikan kerajinan tangan yang bernilai ekonomis untuk Desa Remen, Tasikharjo, Purworejo dan Mentoso.

Alih mengatakan, sebelumnya peserta diberikan pelatihan dan pendampingan selama tiga bulan pada Februari-Mei 2013.

Dia berharap pengembangan UKM, semacam UKM bordir maupun klobot jagung bisa terus berkelanjutan, bukan hanya pembinaan dari pihaknya, melainkan juga dari perusahaan lain, terutama pemerintah pusat maupun daerah.

Sehingga, usaha kecil menengah bukan tidak mungkin untuk menjadi usaha kecil miliaran.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014