Sintang (Antara Kalbar) - Anggota DPRD Kabupaten Sintang, Alan, mengatakan dari dulu masyarakat Serawai Ambalau dan Merakai Senaning, Kabupaten Sintang, selalu sengsara. “Tidak heran lagi kalau barang mahal. Sebelum BBM naik, harga BBM juga sudah mahal di sana,” ungkapnya.

Dikatakannya, dulu sebelum BBM naik, harga BBM di Serawai Ambalau sudah mencapai Rp12 ribu perliter untuk jenis premium. Sekarang harganya menjadi Rp15 ribu perliter.

Dia mengatakan masyarakat di sana sebenarnya tidak mempersoalkan harga yang mahal. Bagi masyarakat yang penting barangnya ada.

Alan meminta Pemkab Sintang mencarikan solusi untuk masyarakat Serawai Ambalau dan Merakai Senaning terkait distribusi BBM. “Kami minta solusi di SPBU mana masyarakat bisa antre BBM untuk dibawa ke Serawai Ambalau dan Merakai Senaning. Tunjukan dimana kami bisa ambil BBM karena mengambil BBM satu dua drum saja untuk dibawa ke Serawai Ambalau ditangkap polisi. Tapi tidak ada solusinya hanya bisa menangkap,” ungkapnya.

Dia menyarankan agar Pemkab Sintang mendirikan SPBU di Serawai dan Senaning atau tunjuk SPBU mana yang bisa dijadikan masyarakat untuk mengantre minyak dan dibawa ke Serawai Ambalau serta daerah perbatasan. Dikatakannya, sulitnya mendapatkan BBM sangat berdampak luar biasa bagi masyarakat. “Mahal pun tidak apa asal barangnya ada. Ini sudah mahal barangnya tidaka da,” kata dia.

Alan menyampaikan jika nanti pimpinan definitif sudah dilantik dan alat kelengkapan DPRD sudah ada, pihaknya yang bakal bergabung di Komisi II berencana akan memanggil Disperindagkop dan UKM Kabupaten Sintang untuk membicarakan distribusi BBM ini.

“Kami masyarakat Serawai Ambalau hanya minta BBM tersedia. Di SPBU mana kami bisa mengantre tanpa ditangkap agar kami bisa hidup seperti orang lain juga,” katanya.

Sebelumnya, anggota DPRD Kabupaten Sintang dari Partai Gerindra, Julian Sahri menyampaikan naiknya BBM membuat harga BBM di pedalaman melonjak tinggi. Dia mencontohkan di Binjai saja harga BBM jenis premium sudah mencapai Rp10 ribu hingga Rp12 ribu perliternya. “Kalau di perhuluan mungkin harganya sudah di atas Rp15 ribu per liter,” katanya.

Sementara, lanjut dia pendapatan masyarakat di perhuluan tidak mengalami kenaikan. Bahkan harga karet yang menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat sedang jatuh. “Kalau saya lihat tidak berimbang sekali,” ujarnya.

Dikatakan dia, dengan harga karet 2 kg belum bisa dapat harga premium 1 liter. Kenaikan BBM ini jelas memicu kenaikan harga barang. Karena biaya angkutan pasti naik. Menurut dia, rencana pemerintah memberikan kompensasi kenaikan BBM dengan bantuan uang tunai sangat tidak tepat.

Menurutnya, pemerintah mestinya membangun perekonomian masyarakat dengan membuka lapangan kerja di sektor perkebunan, pertanian, perikanan dan sektor lainnya. Pemerintah sebaiknya jangan memberi bantuan uang tunai pada masyarakat. Tapi membuka lapangan pekerjaan.

“Kalau masyarakat diberikan uang tunai, itu tidak mengajarkan masyarakat untuk berusaha dan bekerja. Akibatnya masyarakat tidak akan berpikir maju dan maunya menerima bantuan. Harusnya pemerintah merangsang perekonomian masyarakat dengan membuka lapangan pekerjaan dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk bekerja,” pintanya.

Pewarta: Faiz

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014