Ketapang (Antara Kalbar) - Adat istiadat masih melekat di masyarakat pesisir Kabupaten Ketapang. Kerajaan Tanjungpura yang berlokasi di Ketapang tercatat sebagai pemerintahan warga Muslim Melayu tertua di Kalimantan, sehingga masih ada tradisi seni budaya yang dipegang masyarakat setempat, seperti pelaksanaan ritual Robo-robo.

Tahun ini Robo-robo digelar dipinggir sungai Desa Kauman, Kecamatan Benua Kayong, Ketapang pada Rabu (17/12).

“Robo-robo ini dilakukan pada hari Rabu terakhir pada bulan Safar setiap tahunnya,” kata Suroto, Ketua panitia Robo-robo yang berasal dari Desa Kauman, Kecamatan Benua Kayong.

Dalam acara Robo-robo itu dihadiri Kepala Dinas Pariwisata Ketapang yang diwakili Kabid Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Kusmayadi, Lurah Kauman, Komandan Koramil dan Kepala Polsek Benua Kayong, tokoh aagama dan warga setempat.

Tujuan pelaksanaan ritual Robo-robo untuk doa tolak bala atau doa meminta keselamatan.

Menurut Suroto, ritual Robo-Robo sudah ada  pada masyarakat Tanah Kayong sejak jaman dahulu, yang berakulturasi dengan peradaban Muslim. Pasalnya, situs Muslim tertua di Kalimantan ditemukan di Kabupaten Ketapang tercatat pada 1600-an Masehi.

Situs keraton Muslim itu juga versi Badan Arkeologi Banjarmasin, Kalsel menempatkan peninggalan Muslim tertua di Kalimantan.

Ritual Robo-Robo masih dilakukan, namun sudah jarang didapati di masyarakat. Bahkan, masyarakat perkotaan mulai meninggalkan ritual itu.

Tetapi bagi masyarakat Desa Padang, Sei Jawi, Sei Pelang dan Sukabaru masih  melakukannya. Ritual Robo-Robo dilakukan seperti memasukkan daun Andong ke dalam perigi (sumur). Daun Andung itu sebelumnya dibacakan doa selamat, tujuanya agar yang dimandikannyaterhindar dari bahaya. Doa keselamatan itu dipanjatkan kepada Allah SWT.

Kegiatan Robo-Robo dilakukan dengan membaca doa selamat di tanah halaman, bukan di dalam rumah. Biasanya mereka menggelar tikar, kemudian makan bersama dengan sajian khas ketupat colet. “Ada juga yang melaksanakan di tepi pantai, selain merupakan ritual adat,” ujarnya.

Menurut Yudo Sudarto Mantan Kadis Pariwisata Pemuda dan Olahraga Ketapang, mengatakan Robo-robo di Ketapang dilakukan secara sederhana. Dimulai basah air daun andong di pagi hari dan dilanjutkan dengan membaca  doa selamat secara kelompok atau keluarga di halaman rumah atau di pinggir sungai.

“Sayang tradisi yang masih ada di pesisir Ketapang itu belum ada yang mau mengorganisasikan menjadi suatu acara besar seperti kegiatan Robo-robo bersama, padahal kegiatan seperti robok mengandung rasa kebersamaan dalam menolak bala  atau bencana,” kata Yudo.

Ia mengatakan, bila tidak dilestarikan secara bersama, lama kelamaan tradisi lokal yang pernah ada, seperti Nyapat Tahun, Do’a Kasah, Robok dan lain-lain akan hilang oleh budaya asing atau budaya baru yang tidak dimengerti maknanya

Pewarta: John

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014