Pontianak (Antara Kalbar) - Warga Desa Tanjung Lay, Kecamatan Nanga Pinoelawi kembali menemukan sebuah mortir di Sungai Pinoh dengan berat sekitar TIGA kilogram yang diduga merupakan peninggalan sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda.

Kepala Dusun Batu Penyeberang, Desa Tanjung Lay, Abdurrahman yang dihubungi di kantor desa, Kamis, menerangkan, mortir tersebut ditemukan oleh Bambang, warga setempat pada Rabu (14/1), sekitar pukul 15.00 WIB.

Saat itu, Bambang yang sedang menjala ikan di sungai ini tak sengaja mendapatkan mortir saat ia mengangkat jalanya.

"Pas diangkat tiba-tiba dia mendapatkan mortir yang beratnya kurang lebih tiga kilo tersebut," kata Abdurrahman.

Abdurrahman mengungkapkan, setelah itu warga langsung melaporkan penemuan mortir tersebut kepada aparat desa setempat untuk ditindaklanjuti.

Selanjutnya aparat desa melaporkannya kepada polres untuk dievakuasi. Setelah mendapatkan laporan, petugas kepolisian sektor Nanga Pinoh langsung terjun ke lokasi kejadian.

Mereka langsung mengamankan mortir yang diperkirakan masih aktif itu, untuk selanjutnya dibawa ke Mapolres Melawi.

"Kita akan kumpulkan bersama mortir lain yang pernah kita amankan sebelumnya," kata aparat Polsek di lokasi kejadian.

Dinas Kebudayaan, Pemuda Olahraga dan Pariwisata Melawi juga langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pendataan.

Kasi Kesenian dan Kebudayaan Disporabudpar Melawi, Paulus Dai Hajon mengatakan, mortir yang telah ditemukan tersebut tidak diaktifkan, kemudian disimpan di tempat yang aman.

Benda tersebut nantinya bisa menjadi bukti sejarah bahwa di Melawi ini dulunya memang menjadi daerah peperangan.

"Kalau ada buktinya seperti ini baru patut kalau Melawi dikatakan sebagai Kota Juang, kalau sekarang mungkin belum ada buktinya," kata Paulus.

Sementara itu, Kepala Desa Tanjung Lay, Moh Aday mengisahkan, mortir yang ditemukan di wilayahnya sudah mencapai belasan, terhitung sejak tahun 80-an silam. Sering kali warga menemukannya secara tidak sengaja saat menjala ikan.

"Akhir Desember 2014 lalu ada juga warga yang menemukan mortir, sebelumnya juga ada dua mortir, kalau dihitung-hitung sudah belasan mortir yang ditemukan warga di dasar sungai," kata Moh Aday.

Aday mengungkapkan, sejumlah mortir yang ditemukan tersebut pada umumnya didapat secara tak sengaja. Dia memperkirakan masih banyak lagi mortir yang ada di dalam sungai, hanya saja warga enggan mencarinya.

"Apalagi kalau di daerah Riam Labai, sebab informasi orang zaman dulu barang tersebut sengaja dibuang kesana, namun warga tidak ada yang berani mengambilnya, jadi kalau mortir yang ditemukan ini rata-rata jaraknya sekitar 500 meter dari Riam Labai," katanya.

Aday mengatakan, penemuan mortir tersebut membuktikan bahwa Tanjung Lay merupakan daerah pertahanan pada zaman penjajahan Belanda dulu sehingga harus diinventarisir secara baik.

"Dan kita juga inginnya daerah Tanjung Lay ini dibuat semacam tugu Juang, karena bukti perjuangan di sini sudah banyak. Supaya ada kenang-kenangan bagi anak cucu kita, jadi temuan tersebut tidak hilang begitu saja," katanya. 
 
(Eko/T011/S023)

Pewarta: Eko S

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015