Jakarta (Antara Kalbar) - Koordinator Kaukus Perempuan Muda Nadlatul Ulama (NU) Susianah Affandy mengatakan masyarakat khususnya yang hidup di pedesaan memperhatikan pola makan sehat yaitu tidak ada kenyang.
"Orientasi kenyang masih menjadi pilihan sebagian besar masyarakat. Pola konsumsi pangan masyarakat masih mengandalkan beras, lainnya dikesampingkan seperti pangan hewani, sayur, buah dan lainnya," ujar Susianah di Jakarta, Minggu,
Pernyataan Susianah tersebut sehubungan dengan peringatan Hari Gizi Nasional ke- 55 yang jatuh pada 25 Januari.
Budaya dan perilaku masyarakat dalam berkonsumsi masyarakat seperti itu, lanjut dia, dalam jangka panjang bisa mengakibatkan penyakit degeneratif.
"Apalagi terdapat kecenderungan masyarakat yang menyukai pangan olahan, makanan yang diawetkan dan cepat saji," tambah dia.
Masalah lainnya berkaitan dengan perilaku konsumsi adalah bergesernya orientasi konsumsi yang dulunya untuk pemenuhan kebutuhan biologis, kini bergeser pada kebutuhan sosiologis.
"Lazim kita dapati di kota-kota besar, sekelompok orang makan bersama di sebuah restoran untuk sebuah pertemuan rapat atau lobby-lobby urusan penting," jelas dia.
Pembangunan kesehatan di bidang perbaikan gizi memang menunjukkan hasil yang baik. Prevalensi gizi mengalami penurunan dari 24,5 persen pada 2005 menjadi 19,6 persen pada 2013.
Namun di sisi lain Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa tingkat kelaziman Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih berada di angka 10,2 persen, anak pendek dan kurus sebesar 31 persen-35 persen, remaja yang mengalami anemia sebanyak 17-18 persen. Remaja yang kurang energi kronis usia 15-19 tahun mencapai 46 persen, sedangkan remaja usia 20-24 tahun mencapai 31 persen.
Susianah mengharapkan pemerintah juga melibatkan masyarakat secara luas dalam melakukan edukasi dan sosialisasi tentang pedoman gizi seimbang, sehingga masyarakat benar-benar paham dengan makna makanan bergizi, bukan hanya sekedar kenyang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015