Beijing (Antara Kalbar) - Provinsi penghasil baja terbesar di Tiongkok, Hebei, membayar dengan "harga mahal" untuk peperangan negara melawan polusi menurut pejabat tertinggi Partai Komunis di provinsi itu setelah pemerintah pusat menawarkan dukungan finansial.

Hebei, yang mengelilingi ibu kota Beijing, menghasilkan hampir seperempat produksi baja Tiongkok tapi sekarang menanggung beban berat kampanye untuk mengurangi ketergantungan negara pada industri berat penyebab pencemaran. 

Data-data resmi menunjukkan produksi baja sudah turun 0,6 persen menjadi 185,3 juta ton tahun lalu.

Pertumbuhan ekonomi tahunan provinsi melorot 6,5 persen tahun lalu, gagal mencapai target delapan persen dengan permintaan baja terpukul perlambatan nasional dan kampanye menentang polusi.

"Untuk mengatasi masalah-masalah restrukturisasi industri dan polusi, Hebei sudah melakukan upaya-upaya besar dan membayar harga mahal," kata Zhou Benshun, sekretaris partai di tingkat provinsi kepada para pewarta di sela sesi pertemuan tahunan parlemen Tiongkok, Senin (9/3).

Dalam pertemuan tertutup dengan delegasi Hebei pada Sabtu, Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan negara perlu membantu provinsi menekan kelebihan kapasitas produksi baja.

"Penurunan kelebihan kapasitas produksi baja Hebei membutuhkan bantuan negara dan kami perlu menawarkan sejumlah preferensi kebijakan dalam aspek-aspek seperti finansial," kata Li seperti dikutip kantor berita resmi negara.

Gubernur Hebei, Zhang Qingwei, juga mendesak Beijing menyediakan pinjaman jangka panjang ke provinsinya untuk membantu menutup biaya pemangkasan kelebihan kapasitas produksi.

Pejabat provinsi Hebei menyatakan perusahaan-perusahaan baja Hebei sudah memenuhi permintaan negara tapi menyatakan mereka dipaksa memangkas lebih banyak kelebihan kapasitas produksi.

Hebei meliputi tujuh dan sepuluh kota paling berkabut di Tiongkok menurut data kualitas udara resmi tahun 2014, dan para pejabat lokal sudah lama mengeluh mereka diminta terlalu banyak berkorban untuk "perang melawan polusi."

Provinsi itu berjanji menutup kapasitas produksi baja 60 juta ton yang sudah usang selama periode 2014-2017 dan mencapai target menutup kapasitas produksi 15 juta ton tahun lalu.

Wilayah itu juga ingin memangkas konsumsi batu bara sebesar 30 juta ton selama kurun waktu tersebut.

Namun Hebei masih berjuang menemukan sumber pertumbuhan ekonomi alternatif dan berharap rencana negara yang baru untuk memadukan ekonomi provinsi dengan kota Beijing dan Tianjin yang makmur akan membantu mengurangi ketergantungan mereka pada baja dan batu bara.

Rencana yang akan diluncurkan dalam waktu dekat ditujukan untuk meruntuhkan penghambat administratif dan memperbaiki jaringan transportasi di kawasan.

Rencana itu juga akan meliputi relokasi industri-industri dan fungsi pemerintahan "non-esensial" dari Beijing ke Hebei, demikian seperti dilansir kantor berita Reuters.


Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015