Singapura, (Antara Kalbar) - Lee Kuan Yew, perdana menteri pertama Singapura wafat pada usia 91 tahun, Senin, dan ucapan bela sungkawa pun mengalir dari berbagai belahan dunia.

Lee dikenal sebagai tokoh yang berhasil mengubah sebuah negara pulau kecil dan bekas jajahan Inggris itu menjadi pusat perdagangan dan keuangan global.

Presiden AS Barack Obama menggambarkan Lee yang berkuasa selama tiga dekade itu sebagai "raksasa sejarah yang sesungguhnya" karena nasehatnya soal pemerintahan dan pembangunan ekonomi selalu dicari oleh para pemimpin dunia lainnya.

Semasa hidupnya, Lee mendapatkan pujian karena kebijakan pasarnya yang dianggap ramah, tapi sebaliknya menuai kritik di negeri sendiri maupun di luar negeri karena mengontrol ketat pers, serta mendapat protes dari lawan politiknya.

Lee memang sudah jarang muncul di muka umum dan tidak banyak lagi terlibat dalam kehidupan politik dalam beberapa tahun terakhir, tapi pengaruhnya masih tetap terasa kuat dalam pemerintahan anak tertuanya Perdana Menteri Lee Hsien Loong.

"Bapak pendiri kita sudah tidak ada lagi. Ia memberi kita banyak inspirasi, memberi kita keberanian," kata Hsien Loong dalam siaran televisi, Senin.

"Bagi rakyat Singapura, dan juga bagi masyarakat lainnya, Lee Kuan Yew adalah Singapura."
    
Lee meninggal pada pukul 3:18 waktu setempat di Rumah Sakit Umum Singapura, tempat ia dirawat sejak 5 Februari lalu akibat mengidap pneumonia.
         
Untuk menghormati Lee, pemerintah menyatakan hari berkabung nasional sampai hari pemakaman pada Minggu (29/3) mendatang.
         
Keluarga Lee akan mengadakan acara pribadi dalam dua hari mendatang, lalu jenazahnya akan disemayamkan di gedung parlemen dari Rabu sampai Sabtu.
      
Warga Singapura yang sudah mendengar berita sakitnya Lee dalam beberapa hari terakhir dan lautan kembang sebagai ucapan bela sungkawa pun semakin banyak di sekitar rumah sakit tempat ia dirawat.
        
"Saya sangat sedih. Ia idola saya. Ia sangat baik kepada saya, keluarga saya dan semua orang," kata Lua Su Yean (64).

"Prestasi terbesarnya adalah membangun Singapura dari nol sampai seperti sekarang ini," katanya.

Lee yang mengeyam pendidikan ilmu hukum di Inggris, dipuji karena berhasil menjadi Singapura menjadi salah satu negara paling makmur di dunia.

Tapi di sisi lain, Lee dikenal sebagai pemimpin yang otoriter dan bertangan besi, serta tidak kenal ampun terhadap lawan-lawan politiknya. Menurutnya, sikap itu perlu demi untuk menjamin keamanan negara.

"Kita harus memenjarakan orang tanpa pengadilan, baik mereka itu memiliki paham komunis, chauvinis atau kaum agama yang radikal. Jika Anda tidak lakukan itu, maka negara ini akan runtuh," katanya pada 1986.

Salah satu sikap keras yang pernah diterapkan adalah larangan berambut panjang bagi pria pada 1970-an. Akibat aturan itu, kelompok musik dunia Bee Gees dan Led Zeppelin pun terpaksa batal naik panggung.

Bahkan sampai sekarang, larangan memakan permet karet masih berlaku sampai sekarang. Pelaku aksi corat-coret (graffiti) akan diganjar hukuman cambuk.

"Ia berhasil menciptakan sebuah sistem yang membuat Singapura bisa keluar dari kondisi kacau," kata Isaac Seow (29) yang berada di luar rumah sakit.

"Bagi saya, sikapnya yang paling penting adalah keinginan kuat. Tidak peduli ia disukai maupun dibenci, yang penting pekerjaannya selesai," katanya.

Pewarta:

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015