Pontianak (Antara Kalbar) - Transformasi perekonomian berbasis industri diperlukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, khususnya untuk wilayah Kalimantan, kata Direktur Eksekutif Bank Indonesia Regional Kalimantan, Mahdi Mahmudy.
"Beberapa bahan mineral di Kalimantan yang dapat memberikan nilai tambah melalui industri antara lain dengan pengolahan bauksit menjadi alumina dan pengolahan bijih besi menjadi besi spons," kata Mahdi saat menghadiri kegiatan Forum Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan di kantor BI Perwakilan Wilayah Kalbar, Pontianak, Rabu.
Dia menjelaskan, selain bahan mineral, industri hasil perkebunan juga cukup menjanjikan karena banyaknya hasil perkebunan Kalimantan, terutama kelapa sawit dan karet.
Dalam mewujudkan hal tersebut, saat ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya, salah satunya melalui UU Minerba.
Dengan diberlakukannya UU Minerba, pelaku usaha tambang mineral di Indonesia tidak lagi bisa melakukan ekspor bahan mentah, tetap harus melakukan pengolahan terlebih dahulu di dalam negeri.
Dalam jangka pendek, kebijakan itu tentunya akan berdampak perlunya penyesuaian pola kerja pelaku usaha tambang sehingga ekspor mineral relatif menurun.
"Namun demikian, dengan bermunculannya berbagai industri pengolahan mineral, dalam jangka panjang dapat memberikan nilai tambah lebih pada perekonomian sehingga pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkesinambungan dapat tercapai," tuturnya.
Mahdi mengatakan, untuk mewujudkan transformasi ekonomi, tentunya dibutuhkan modal yang cukup besar dalam melakukan pembangunan fisik seperti smelter dan bangunan fisik lainnya.
Untuk itu, peran investasi swasta menjadi faktor penting dalam melakukan transformasi perekonomian.
Namun demikian, jika dilihat berdasarkan proporsi investasi PMA dan PMDN, mayoritas investasi di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa, sementara investasi Sumatera, Kalimantan dan Kawasan Timur Indonesia masih cenderung rendah.
"Untuk menciptakan iklim investasi yang baik di luar Jawa, penyediaan infrastruktur dasar yang berkualitas hendaknya menjadi fokus Pemerintah, baik infrastruktur listrik, jalan maupun infrastruktur dasar lainnya," katanya.
Khusus infrastruktur listrik, Kalimantan memiliki potensi yang cukup besar, yakni dengan menggunakan input bahan bakar fosil seperti minyak, gas dan batubara maupun energi terbarukan seperti energi air. Sampai dengan saat ini, energi fosil yang banyak ditemukan di Kalimantan mayoritas masih diekspor.
Di sisi lain, energi air Kalimantan sebagai input listrik dengan potensi 21.600 MW (ESDM) masih belum diberdayakan.
Selain modal sumber daya alam dan modal, untuk mewujudkan transformasi ekonomi juga diperlukan sinergitas antar pelaku ekonomi, yakni Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Parlemen serta Lembaga terkait.
Pemerintah Pusat dalam hal ini memiliki peranan penting, yakni dengan cara berkomitmen untuk melakukan pembangunan di luar Jawa. Demikian pula Pemerintah Daerah memiliki peranan penting, dalam hal penyamaan persepsi stakeholders, penyelesaian dan harmonisasi RTRW dengan Pusat, efisiensi proses birokrasi dan capacity building SDM.
"Dari sisi makro ekonomi, Bank Indonesia juga memiliki peran penting, yakni dengan menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem pembayaran sehingga daerah semakin menarik di mata investor," tuturnya.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015