Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air Firdaus Ali mengatakan bahwa Indonesia masih membutuhkan lebih banyak bendungan agar bisa mendukung ketahanan air secara nasional.
Tidak hanya mendukung ketahanan air, dia memandang bahwa ketersediaan infrastruktur sumber daya air berupa bendungan yang lebih banyak juga dapat mendorong sebuah negara memimpin peradaban dunia karena akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kalau ingin memimpin peradaban, tidak ada pilihan, harus membangun infrastruktur di antaranya membangun bendungan. Karena itu (bendungan) memastikan ketahanan air. Tidak ada ketahanan pangan tanpa ketahanan air dan tidak ada ketahanan energi tanpa ketahanan air," kata Firdaus dalam diskusi bersama media di Jakarta, Rabu.
Dia membandingkan jumlah bendungan Indonesia yang kalah dari China yang memiliki 98.000 bendungan. Sementara Indonesia, diproyeksikan memiliki total 300 bendungan apabila seluruhnya beroperasi pada 2026.
Firdaus mencontohkan, pembangunan Bendungan Tiga Ngarai atau Three Gorges Dam dengan anggaran yang digelontorkan Rp330 triliun oleh pemerintah China mampu menghasilkan listrik mencapai 22.500 megawatt. Bendungan yang dibangun dalam waktu 11 tahun ini termasuk bendungan yang terbesar di dunia.
Berkat kehadiran Bendungan Tiga Ngarai, imbuh Firdaus, ekonomi China meningkat. Belajar dari pengalaman China, dia memandang bahwa Indonesia perlu bendungan sebanyak mungkin dengan harapan ekonomi ikut terdongkrak.
"Saya kembali ke tahun 2008. Kita (di Indonesia) bakar hampir Rp400 triliun (untuk subsidi BBM), tidak jadi apa-apa, yang jadi adalah emisi. Tapi China, Rp330 triliun jadi bendungan terbesar di planet ini yang bikin ekonomi China gila-gilaan di sana," kata dia.
Berdasarkan data yang dihimpun, Firdaus menyebutkan bahwa kapasitas tampung air di Indonesia juga cenderung lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga.
Indonesia hanya memiliki kapasitas tampung air sebesar 58 meter kubik per kapita per tahun. Sementara kapasitas tampung air yang dimiliki Malaysia mencapai 712,1 meter kubik per kapita per tahun, Thailand 1.277 meter kubik per kapita per tahun, China 2.486 meter kubik per kapita per tahun, dan Australia 4.717 meter kubik per kapita per tahun.
"Kecil sekali kapasitas penampung kita. Tantangan ini tentunya akan menjadi tantangan kita bersama," kata Firdaus.
Baca juga: PUPR targetkan Bendungan Margatiga Lampung selesai 2024