Putussibau (Antara Kalbar) - Masita 38, warga Kelurahan Hilir Kantor Putussibau hanya bisa pasrah melihat rumahnya semakin tergerus abrasi yang dialami tepian Sungai Kapuas.
    Bangunan sederhana di pinggir Sungai Kapuas itu terlihat miring, bahkan sebagian kanopi rumah telah dipangkas karena roboh akibat pengikisan tebing sungai beberapa waktu lalu
      "Rumah kami sudah dua kali dipotong. Karena roboh kena longsor waktu hujan beberapa minggu lalu. Pas ada hujan lebat, sekitar jam 12.00 malam, terasa rumah kami miring sebelah, ternyata longsor. Akhirnya kami sekeluarga berhamburan keluar rumah," cerita Masita dikediamannya, Senin.
     Ibu empat anak ini mengakui, sebelumnya ia bersama keluarga lainnya yang bernasib sama pernah mendapat bantuan berupa uang tunai dan bahan bangunan untuk mendirikan rumah. Sayangnya, Masita mengaku, tanah lain untuk mendirikan bangunan baru tidak tersedia.
     "Bahan bangunan itu ada. Kami ini nggak ada uang untuk ngontrak. Pekerjaan suami hanya mengangkat pasir. Kadang tak cukup, apalagi dua anak kami sudah sekolah. Beli beras pun kadang susah," katanya.
      Masita berharap, pemerintah ada solusi dengan pembangunan tembok atau barau di pinggiran Sungai Kapuas agar warga yang mengalami nasib sama itu tidak harus pindah.
      "Barau setiap tahunnya ada rencana, tapi sampai sekarang nggak dikerjakan. Sekarang, kalau rumah kami belum roboh total kami tetap disini, karena mau pindah kemana?," katanya setengah bertanya.
       Salimah, Ketua RT/RW 03/03 Kelurahan Hilir Kantor mengaku, pemerintah melalui bidang tanggap darurat pernah mengukur lokasi longsor untuk pembangunan barau.
       "Itu sudah dibuat patok dulu, tapi sampai sekarang belum dikerjakan," kata Salimah.
Dikatakannya, rumah yang terancam longsor itu sekitar 7-8 buah rumah.
        "Kondisi parah bila turun hujan. Longsor ini belum nyampai sebulan. Waktu itu hujan kuat, angin kencang sehingga malam-malam mereka keluar ngungsi tempat tetangga," katanya.
        Dihubungi terpisah, Lurah Hilir Kantor Airul Amirudin mengatakan, bantuan pemerintah berupa bahan bangunan dan uang tunai pernah disalurkan kepada warga yang mengalami longsor tersebut.
        "Itu tahun lalu. Nampaknya nggak ada tanah. Pemerintah sudah respon, kabupaten melalui BPBD dari tanggap darurat yang menangani mereka," kata Airul.
      Dikatakan Airul, rumah yang kondisinya cukup parah itu ada 5 buah rumah.
Menurut Airul, pihak kelurahan hampir setiap tahun mengusulkan agar ada tembok penahan air di pinggiran Sungai Kapuas itu.
       "Kita usul 300 meter tahun ini untuk menyambung yang sudah ada. Itu diusulkan setiap tahun. Di Gang Sagu nyambung ke hilir," kata dia.

Pewarta: Andre

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015