Ketapang (Antara Kalbar) - Pemerintah Kabupaten Ketapang menyatakan harga eceran tertinggi untuk elpiji ukuran tiga kilogram di Kecamatan Sandai yang semula Rp28.650 kini tidak berlaku karena adanya perubahan distribusi dari distributor.

Hal itu dikatakan Kepala Bagian Ekonomi Setda Ketapang, Nurwanti kepada wartawan di Ketapang, Rabu.
Ia menjelaskan proses penetapan HET yang dimulai dengan koordinasi dan konsultasi bersama Himpunan Pengusaha Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Ketapang.

Kemudian penyusunan HET tersebut mengacu kepada distribusi elpiji tiga kilogram diangkut dari Kecamatan Teluk Batang, Kabupaten Kayong Utara menuju Ketapang. Setelah sampai di Ketapang baru disalurkan ke berbagai kecamatan di Ketapang.

Di tabel penyusunan HET itu dimasukkan biaya transport dan biaya angkut. Biaya ini dihitung dari Ketapang ke
kecamatan dengan memperhatikan jarak tempuh untuk jarak 60 kilometer ongkos angkutnyanya ditambah Rp450 pertabung.

Kemudian ditambah biaya keuntungan pangakalan yang ditetapkan rata pada semua kecamatan sebesar Rp1.050. Sedangkan untuk Kecamatan Sandai karena jarak tempuhnya jauh dari Ketapang maka biaya angkutnya cukup tinggi sehingga HET untuk di Pangkalan Sandai otomatis tinggi.

Tingginya HET elpiji tiga kilogram di Sandai itu diprotes warga lantaran dinilai tak sesuai karena pengangkutan tidak lagi melewati Ketapang melainkan langsung dari Pontianak.

Jalur peredaran elpiji tiga kilogram di Sandai ini kemudian dibenarkan Nurwanti. "Saya sudah menelpon Kepala
Hiswana Migas, Pak Yusman mengatakan bahwa di beberapa kecamatan, elpiji dari Pontianak langung dikirim tak melewati Ketapang lagi termasuk di Sandai," ujar dia.

Bahkan menurut Hiswana Migas, HET untuk pangkalan khusus di Sandai sekarang Rp22.500. tidak lagi mengacu pada HET yang sudah ditetapkan sebelumnya pada awal Januari 2015.

Terkait hal itu, ia pun mengimbau kepada penyalur yang mengambil di pangkalan agar jangan mengambil keutungan yang sangat besar karena ongkos angkut Rp6 ribu lebih ini yang tertera pada HET yang ditetapkan sudah hilang.

"HET itu berlaku untuk pangkalan, bukan eceran yang menjual elpiji 3 kilogram. Kita coba mengevaluasi HET yang telah dibuat dan menyesuaikan pada kondisi sekarang karena sudah tak ada biaya angkuntnya lagi," ujar dia.

Keluhan serupa juga disampaikan warga Kecamatan Sandai, Herman Susandi S Sos I. Menurutnya rata-rata pertabung gas elpiji di Sandai Rp25 ribu yang dirasakan terlalu mahal.

"Terlebih gas elpiji 3 kilogram untuk di Sandai didatangkan dari Pontianak melalui jalur Tayan. Sehingga tak wajar harga gas elpiji 3 kg di Sandai seharga tersebut. Sebab jalan dari Pontianak ke Sandai sudah bagus dan lancar," ujar dia.

Ia menjelaskan mahalnya harga gas elpiji 3 kg berbanding terbalik dengan pendapatan masyarakat Sandai. Seperti terhadap petani yang berpenghasilan dari getah atau karet. “Harga karet sekarang 1 kg hanya Rp5.500. Jadi mau 5 kg karet baru warga Sandai bisa beli satu tabung gas elpiji 3 kg. Ini namanya besar pasak dari pada tiang, kita tentu akan semakin sengsara," imbuhnya.

Pewarta: John

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015