Singkawang (Antara Kalbar) - Bermula dari 13 pohon bakau yang tersisa, Jumadi (38), nelayan Kelurahan Setapuk Besar,Kecamatan Singkawang Utara, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat, berjuang mengembalikan kondisi pantai yang tergerus abrasi.
Kini, setelah empat tahun, sebanyak 70.800 pohon bakau telah ditanam, garis pantai di kawasan itu bertambah 50 meter. Jumadi pun masuk dalam nominasi sebagai calon penerima Kalpataru oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Sebagai nelayan yang mencari hidup di pesisir pantai, Jumadi sadar, bahwa kerusakan pantai makin parah setiap hari.
Terpaan gelombang laut menyebabkan abrasi pantai sudah sekitar 500 meteran dengan bukti ada bekas pohon kelapa yang masih berdiri di laut.
"Sekitar 500 meter pantai di sini sudah abrasi. Itu bekasnya kelihatan pohon kelapa mati berdiri di bibir pantai yang ada air lautnya," tutur Jumadi.
Bersama tujuh nelayan lain, mereka berinisiatif untuk menanam pohon bakau meski mereka sendiri awam tentang hal itu.
"Bibit pohon bakau diambil dari sekitar kampung yang masih tersisa ada sekitar 13 pohon bakau yang masih menghasilkan buah. Bibit dari 13 pohon itulah yang kami tanam," kata Jumadi.
Jumadi mengaku, sebenarnya banyak nelayan yang berasal dari Kelurahan Setapuk Besar sekitar 100 orangan. Namun yang mau menanam bakau di sepanjang pantai hanya delapan orang.
Jumadi bercerita, sejak tahun 2011 mereka sudah memulai menanam pohon bakau. Setiap menanam mereka selalu mencatat jumlah yang ditanam.
"Alhamdulillah semua yang ditanam paling yang gagal sekitar 5 person. Pohon yang ditanam tahun 2011 sudah setinggi 3 meter," ucap Jumadi.
Abrasi pantai yang dulu mereka takutkan sekarang sudah tidak lagi mereka takuti. Sebab, pohon - pohon bakau yang mereka tanam sudah mampu menahan abrasi pantai bahkan pantainya sekarang sudah bertambah sekitar 50 meter.
Kegigihan Jumadi dalam menyelamatkan pantai dengan menanam pohon bakau mendapat respon dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jumadi dinominasikan mendapat penghargaan Kalpataru. Kalpataru merupakan penghargaan tertinggi dari pemerintahan pusat Republik Indonesia kepada perorangan.
Jumadi menceritakan, awal dijadikan nominasi penerima Kalpataru adalah pendaftaran dilakukan oleh KLH Kota Singkawang setelah beberapa bulan diverifikasi oleh KLH Provinsi Kalbar.
Setelah masuk nominasi, di verifikasi lagi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ada dua orang yang datang menanyakan awal mula menanam pohon bakau di pantai Kelurahan Setapuk Besar.
"Nanti kalau saya dapat penghargaan Kalpataru, penghargaan ini kami dedikasikan untuk tujuh teman kami yang telah berkontribusi menanam pohon bakau. Teman-teman penyelamatan lingkungan dan pemerintah daerah yang telah membantu mengusulkan agar kami mendapatkan penghargaan Kalpataru," kata Jumadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Kini, setelah empat tahun, sebanyak 70.800 pohon bakau telah ditanam, garis pantai di kawasan itu bertambah 50 meter. Jumadi pun masuk dalam nominasi sebagai calon penerima Kalpataru oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Sebagai nelayan yang mencari hidup di pesisir pantai, Jumadi sadar, bahwa kerusakan pantai makin parah setiap hari.
Terpaan gelombang laut menyebabkan abrasi pantai sudah sekitar 500 meteran dengan bukti ada bekas pohon kelapa yang masih berdiri di laut.
"Sekitar 500 meter pantai di sini sudah abrasi. Itu bekasnya kelihatan pohon kelapa mati berdiri di bibir pantai yang ada air lautnya," tutur Jumadi.
Bersama tujuh nelayan lain, mereka berinisiatif untuk menanam pohon bakau meski mereka sendiri awam tentang hal itu.
"Bibit pohon bakau diambil dari sekitar kampung yang masih tersisa ada sekitar 13 pohon bakau yang masih menghasilkan buah. Bibit dari 13 pohon itulah yang kami tanam," kata Jumadi.
Jumadi mengaku, sebenarnya banyak nelayan yang berasal dari Kelurahan Setapuk Besar sekitar 100 orangan. Namun yang mau menanam bakau di sepanjang pantai hanya delapan orang.
Jumadi bercerita, sejak tahun 2011 mereka sudah memulai menanam pohon bakau. Setiap menanam mereka selalu mencatat jumlah yang ditanam.
"Alhamdulillah semua yang ditanam paling yang gagal sekitar 5 person. Pohon yang ditanam tahun 2011 sudah setinggi 3 meter," ucap Jumadi.
Abrasi pantai yang dulu mereka takutkan sekarang sudah tidak lagi mereka takuti. Sebab, pohon - pohon bakau yang mereka tanam sudah mampu menahan abrasi pantai bahkan pantainya sekarang sudah bertambah sekitar 50 meter.
Kegigihan Jumadi dalam menyelamatkan pantai dengan menanam pohon bakau mendapat respon dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jumadi dinominasikan mendapat penghargaan Kalpataru. Kalpataru merupakan penghargaan tertinggi dari pemerintahan pusat Republik Indonesia kepada perorangan.
Jumadi menceritakan, awal dijadikan nominasi penerima Kalpataru adalah pendaftaran dilakukan oleh KLH Kota Singkawang setelah beberapa bulan diverifikasi oleh KLH Provinsi Kalbar.
Setelah masuk nominasi, di verifikasi lagi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ada dua orang yang datang menanyakan awal mula menanam pohon bakau di pantai Kelurahan Setapuk Besar.
"Nanti kalau saya dapat penghargaan Kalpataru, penghargaan ini kami dedikasikan untuk tujuh teman kami yang telah berkontribusi menanam pohon bakau. Teman-teman penyelamatan lingkungan dan pemerintah daerah yang telah membantu mengusulkan agar kami mendapatkan penghargaan Kalpataru," kata Jumadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015