Padang (Antara Kalbar) - Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Mia Sutanto menilai keberadaan iklan susu formula di  Tanah Air saat ini sudah melewati batas etika.

"Kehadiran iklan susu formula hari ini cenderung membodohi, yang sebelumnya pasarnya tidak ada malah sekarang menciptakan pasar," kata Mia di Padang, Minggu.

Ia menyampaikan hal itu saat tampil sebagai pembicara dalam talkshow dan peresmian AIMI Sumbar dengan tema ASI Investasi Menuju Generasi Minangkabau Berprestasi.

Menurut dia dengan gencarnya iklan susu formula melalui berbagai media menjadi penghalang utama untuk mewujudkan program pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif.

Sejalan dengan itu Ketua AIMI Sumbar Ria Oktorina mengaku prihatin  atas gencarnya iklan susu formula di berbagai media massa yang dikhawatirkan akan merusak cara pandang masyarakat terhadap pemberian ASI eksklusif.

"Iklan susu formula dikemas semenarik mungkin sehingga muncul pandangan jika diberikan kepada bayi maka akan terpenuhi semua nutrisi yang dibutuhkan dan anak menjadi cerdas," kata dia.

Ia mengatakan KSPA tidak memusuhi susu formula namun realitas yang ada di masyarakat pemahaman dan kesadaran terhadap pemberian ASI ekslusif kepada bayi masih rendah.

Jika iklan susu formula demikian masif maka akan semakin membuat pemberian ASI ekslusif kepada bayi menjadi berkurang, kata dia
    
Sementara, pendiri Sentra Laktasi Indonesia, dr Utami Roesli mengatakan  hanya di Indonesia ada iklan susu yang bermacam-macam mulai susu  untuk anak satu tahun, dua tahun, empat tahun, susu langsing, susu untuk berotot, susu ibu hamil dan menyusui.

"Bahkan ada susu untuk perempuan berjilbab, hingga susu untuk orang naik haji, mengapa kita harus dibodoh-bodohi seperti itu," kata dia.

Ia memastikan ibu menyusui tidak memerlukan susu khusus karena belajar dari hewan yang menyusui tidak ada diantara mereka yang minum susu.

Menurut dia ASI adalah minuman terbaik untuk bayi yang tidak ada tandingannya.

(I030/H. Agusta)

Pewarta: Ikhwan Wahyudi

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015