Sungai Raya (Antara Kalbar) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Kalimantan Barat mulai melakukan beberapa langkah antisipasi untuk mengendalikan inflasi yang kemungkinan terjadi pada saat Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri.

"Kita telah melakukan pertemuan dengan beberapa pihak terkait, yang tergabung dalam TPID Kalbar. Ini kita lakukan untuk mengantisipasi terjadinya inflasi pada saat Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri," kata Ketua TPID Kalbar, M. Zeet Assovie, di Pontianak, Senin.

Dia menjelaskan, berdasarkan pemantauan yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalbar di sejumlah pasar tradisional di kota Pontianak, secara umum, harga bahan pangan pokok berada dalam kondisi stabil.

Kecuali komoditas beras, gula pasir, ayam ras, ayam kampung, telur ayam, cabe rawit merah, kacang tanah dan ikan yang mulai menunjukkan gejala kenaikan harga, katanya.

Sementara itu, tiket angkutan udara masih berada pada harga normal. Kondisi ini antara lain sebagai dampak dari peraturan Menteri Perhubungan yang tidak memperbolehkan lagi `sales counter` di bandara, sehingga dapat menekan aktivitas para calo tiket.

"Sebagaimana diketahui, dari tahun ke tahun, tiket angkutan udara menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi pada saat Ramadhan dan Lebaran. Terkait hal tersebut, dalam penetapan harga batas atas dan harga batas bawah oleh pemerintah pusat, diharapkan agar `gap` yang terjadi tidak terlalu jauh, sehingga tekanan inflasi tidak begitu tinggi," tuturnya.

Di sisi lain, lanjutnya, stok bahan pangan pokok dan komoditas strategis lainnya dirasakan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama bulan Ramadhan.

M. Zeet, yang juga menjabat sebagai Sekda Provinsi Kalbar itu menambahkan, kenaikan beban puncak listrik selama Ramadhan masih dapat dikendalikan, kecuali untuk daerah-daerah tertentu yang sistem pembangkitnya mengalami defisit, sehingga memungkinkan akan terjadi pemadaman bergilir.

"Hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian adalah terkait stok komoditas ikan. Sebagaimana diketahui, komoditas ikan seperti kembung dan bawal merupakan salah satu penyumbang inflasi dan untuk menjaga ketersediaan komoditas ikan tersebut, perlu kiranya penyediaan `cold storage` agar ikan dapat disimpan sampai dengan enam bulan," katanya.

Di tempat yang sama, Kepala Bank Indonesia perwakilan Kalbar, Dwi Suslamanto menambahkan, dengan memperhatikan potensi-potensi tekanan inflasi tersebut, rekomendasi kebijakan untuk pengendalian harga di Kalbar menghadapi bulan Ramadhan 1436 Hijriah, perlu dilakukan.

"Beberapa rekomendasi yang kita berikan antara lain dengan menjaga ketersediaan pasokan dan mempercepat distribusi barang, khususnya kebutuhan pokok, dengan melakukan pemantauan harga secara rutin, melaksanakan operasi pasar dan pasar murah, memprioritaskan moda transportasi angkutan yang membawa kebutuhan pokok," kata Dwi.

Selain itu, juga perbaikan infrastruktur pada titik-titik jalur distribusi barang, menyiapkan jalur distribusi alternatif, menjamin keamanan penyaluran bahan kebutuhan pokok dan melakukan pengendalian dan pengawasan penggunaan BBM termasuk atas elpiji tiga kilogram.

Dwi menjelaskan, selama bulan Mei 2015, inflasi Kalbar tercatat sebesar 0,49 persen per bulan, sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,46 persen. Meningkatnya inflasi Kalbar sejalan dengan nasional yang meningkat menjadi 0,50 persen per bulan.

Pada periode ini, andil inflasi terbesar disumbang oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang masing-masing menyumbang sebesar 0,28 persen dan 0,10 persen per bulan.

Pada minggu pertama Juni 2015, harga barang-barang di pasar masih tergolong stabil.

"Berdasarkan data BPS provinsi Kalbar, hanya komoditas daging ayam kampung, ayam ras, tetelan sapi, susu balita, telur ayam ras, bawang putih, cabe rawit dan beras yang mengalami kenaikan seiring dengan semakin dekatnya bulan suci Ramadhan," kata Dwi.

(KR-RDO/J003)

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015