Pontianak (Antara Kalbar) - Khatib Shalat Idul Fitri di halaman Masjid Raya Mujahidin Pontianak Dr H Haitami Salim M Ag menyatakan kesucian jiwa menjadi kunci penting dalam ketenteraman, ketenangan dan kestabilan emosi.

"Puasa yang baru saja kita jalankan tidak saja memberikan pelajaran untuk melatih daya tahan fisik, tetapi juga melatih kecerdasan otak dan kesucian jiwa," katanya saat menjadi khatib shalat Id di halaman Masjid Raya Mujahidin Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Jumat.

Haitami yang juga dosen IAIN Pontianak, menyampaikan khutbah bertema "Membumikan nilai-nilai ketakwaan sebagai Ramadhan `effect`". Ia mengatakan, sering kali fisik yang kuat dan otak yang cerdas dikalahkan oleh emosi yang tidak terkendali dan hati yang penuh amarah.

Maka di bulan Ramadhan itulah, saat dalam keadaan lapar dan dahaga, umat Muslim merasakan bahwa sesungguhnya tidak memiliki daya upaya, lemah dan tidak lagi kuat. Sementara gejolak nafsu dalam jiwa begitu banyak yang ingin dipenuhi.

"Saat itulah kita melakukan muhasabah, kemudian menyadari bahwa setiap saat dalam diri kita terjadi pertarungan berbagai keinginan, yaitu antara keinginan baik dan buruk," katanya di depan ribuan jamaah shalat id.

Itu sebabnya, kata dia, ketika berhasil menjaga puasa selama sebulan Ramadhan sampai di hari Fitri ini, umat disebut "Minal Aidin wal-faizin". Suatu ungkapan yang terkandung doa, yaitu semoga kamu termasuk dari golongan orang-orang yang kembali kepada fitrah (kesucian) dan memperoleh kemenangan.

Proses itulah yang diselogani sebagau revolusi mental dengan pendidikan karakter yang sesungguhnya diperlukan oleh bangsa Indonesia.

Maka dari itu, menurut Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI) Kalbar itu, pada hari ini tahapan kedua proses tersebut sudah disempurnakan dan umat Islam menyatakan syukur kepada Allah dengan bertakbir mengagungkan-Nya.

Haitami mengatakan, orang Mukmin yang telah sampai pada tingkat ketakwaannya tentu memiliki tanda. Seperti suka berinfaq dalam keadaan lapang maupun sempit, mampu mengendalikan amarah, memaafkan kesalahan orang lain. Jika berbuat kesalahan, berbuat keji atau menzalimi diri sendiri, mereka segera mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya karena yakin siapa lagi yang dapat mengampuni, selain Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa-dosa mereka itu.

"Mereka yang memiliki tanda-tanda ini adalah mereka yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan mereka adalah orang-orang yang beruntung," kata Haitami mengutp Alquran Surah Al Baqarah ayat 5.

Menurut Haitami yang juga Ketua Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Kalbar ini, orang-orang Mukmin yang bertakwa sudah seharusnya meletakkan tandanya di bumi, agar semua makhluk dan lingkungannya mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Inilah yang disebut membumikan nilai-nilai ketakwaan sebagai efek dari ibadah puasa yang dilakukan selama sebulan dari setiap tahunnya.

Sementara efek Ramadhan, menurut khatib tersebut memiliki dua dimensi yaitu dimensi spiritual dan dimensi sosial. Dimensi spiritual akan melahirkan kesalehan spiritual dan dimensi sosial melahirkan kesalehan sosial. "Kedua dimensi ini akan terlihat melalui bukti sebagai tanda bahwa di tengah kehidupan umar manusia ada orang beriman yang terus memancarkan tanda-tanda ketakwaannya.

Bukti ketakwaan itu yakni secara spiritual mereka memiliki keyakinan yang kuat kepada Tuhannya, istiqamah memegang agamanya, tunduk dan patuh melaksanakan perintah-Nya, rajin shalat, mantap puasanya, tidak culas membayar zakatnya dan berusaha datang ke tanah suci dengan umrah ataupun haji.

Secara sosial mereka meninggalkan jejak bukti dengan hidup harmoni pada sesama baik dengan berbeda etnik maupun agama, menghargai perbedaan, berakhlak terpuji, hormat dengan yang tua, menghargai yang sebaya, menyayangi yang lebih muda. Jujur berkata dan bertanggung jawab, tak suka ghibah apalagi memfitnah, suka membantu dan tolong menolong. Tidak mau mengambil sesuatu yang bukan haknya apalagi mencuri dan merampok uang rakyat atau negara, berlaku adil dan tidak suka memeras.

Di rumah mereka selalu dirindukan, di tempat kerja dapat diandalkan bahkan di jalan raya membawa rasa aman bagi semua pengguna jalan, karena ia tidak saja memikirkan keselamatan dirinya tetapi juga keselamatan orang lain.

"Jelasnya bukti ketakwaan dari orang yang beriman adalah ketundukan dan ketaatan kepada Allah, selalu mencaro jalan keselamatan dan membawa keselamatan bagi dirinya, keluarga dan orang lain. "Inilah bukti yang mudah terukur sebagai tanda kehadiran sosok mukmin bertakwa. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk terus berusaha membumikan nilai-nilai ketakwaan kita sebagai efek dari ibadah Ramadhan yang telah kita lakukan," katanya.

Sementara shalat Ied di Masjid Raya Mujahidin dengan imam H Mahsuf Mahyus, dipadati ribuan jemaah yang datang dari berbagai kawasan di Kota Pontianak dan sekitarnya. Suasana Pontianak saat shalat digelar tampak tidak berkabut. Kondisi tersebut berbeda dari beberapa hari terakhir yang selalu diselimuti kabut asap tebal, setelah selama sebulan lamanya tidak diguyur hujan.

(N005/T007) 

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015