Damaskus (Antara Kalbar/Xinhua-OANA) - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, yang sedang berkunjung, pada Rabu (12/8) membahas dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad cara menyelesaikan krisis Suriah, demikian laporan kantor berita resmi Suriah, SANA.
Setelah pertemuannya dengan Bashar, Zarif mengatakan, "Sudah tiba waktunya negara tetangga harus memperhatikan kenyataan dan tuntutan rakyat Suriah serta berusaha menanggulangi aksi teror di wilayah itu." Zarif tiba di Ibu Kota Suriah, Damaskus, pada Rabu pagi untuk kunjungan singkat. Ia bertemu dengan Bashar dan Menteri Luar Negeri Suriah Walid Al-Moalem.
Isi pembahasan antara Zarif dan Bashar belum disiarkan, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. Namun Zarif dijadwalkan membahas gagasan baru negerinya untuk mengakhiri krisis berkepanjangan di Suriah secara politik.
Iran belum lama ini telah mengusulkan satu gagasan bagi penyelesaian politik di Suriah. Gagasan tersebut dimulai dengan gencatan senjata segera, pembentukan pemerintah persatuan nasional, penulisan kembali undang-undang dasar, dan pelaksanaan pemilihan anggota Dewan Legislatif di bawah pengawasan internasional.
Media pro-pemerintah dengan mengutip beberapa sumber melaporkan bahwa Pemerintah Suriah menyambut gagasan itu selama setiap langkah bertujuan untuk menyelenggarakan referendum di kalangan masyarakat.
Beberapa sumber Iran mengatakan gagasan tersebut muncul setelah konsultasi Teheran dengan para pelaku regional --seperti Turki, Qatar, keduanya adalah pendukung gerilyawan, dan anggota Dewan Keamanan PBB serta Mesir.
Pergolakan terhadap kekuasaan keluarga Bashar, al-Assad, selama beberapa dasawarsa meletus pada 2011 dan berubah menjadi perang saudara. Gerilyawan garis keras telah menjadi unsur terkuat dalam memerangi Damaskus.
Sejauh ini belum ada tanda perang di Suriah akan reda kendati berbagai pihak melakukan berbagai upaya baru melalui jalur diplomasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Setelah pertemuannya dengan Bashar, Zarif mengatakan, "Sudah tiba waktunya negara tetangga harus memperhatikan kenyataan dan tuntutan rakyat Suriah serta berusaha menanggulangi aksi teror di wilayah itu." Zarif tiba di Ibu Kota Suriah, Damaskus, pada Rabu pagi untuk kunjungan singkat. Ia bertemu dengan Bashar dan Menteri Luar Negeri Suriah Walid Al-Moalem.
Isi pembahasan antara Zarif dan Bashar belum disiarkan, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. Namun Zarif dijadwalkan membahas gagasan baru negerinya untuk mengakhiri krisis berkepanjangan di Suriah secara politik.
Iran belum lama ini telah mengusulkan satu gagasan bagi penyelesaian politik di Suriah. Gagasan tersebut dimulai dengan gencatan senjata segera, pembentukan pemerintah persatuan nasional, penulisan kembali undang-undang dasar, dan pelaksanaan pemilihan anggota Dewan Legislatif di bawah pengawasan internasional.
Media pro-pemerintah dengan mengutip beberapa sumber melaporkan bahwa Pemerintah Suriah menyambut gagasan itu selama setiap langkah bertujuan untuk menyelenggarakan referendum di kalangan masyarakat.
Beberapa sumber Iran mengatakan gagasan tersebut muncul setelah konsultasi Teheran dengan para pelaku regional --seperti Turki, Qatar, keduanya adalah pendukung gerilyawan, dan anggota Dewan Keamanan PBB serta Mesir.
Pergolakan terhadap kekuasaan keluarga Bashar, al-Assad, selama beberapa dasawarsa meletus pada 2011 dan berubah menjadi perang saudara. Gerilyawan garis keras telah menjadi unsur terkuat dalam memerangi Damaskus.
Sejauh ini belum ada tanda perang di Suriah akan reda kendati berbagai pihak melakukan berbagai upaya baru melalui jalur diplomasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015