Pontianak (Antara Kalbar) - Wali Kota Singkawang Awang Ishak mengatakan, pihaknya akan mengemas ritual pembakaran kapal Wangkang yang menjadi tradisi masyarakat Tionghoa sebagai salah satu paket wisata di kota itu.
"Ke depan, budaya ini akan dikemas dengan lebih baik lagi. Sehingga bisa mendatangkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat Singkawang," kata Awang di kota Singkawang, Minggu.
Dia mengatakan, pada saat pelaksanaan ritual pembakaran kapal Wangkang yang menjadi puncak dari kegiatan Sembahyang Rebut dari masyarakat Tionghoa, dhadiri ribuan masyarakat.
"Dari antusias masyarakat yang cukup besar untuk menyukseskan kegiatan itu, tentu menjadi modal utama dari kita untuk mengemasnya menjadi lebih baik. Sehingga ini juga bisa menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan, karena di dalamnya sarat dengan makna ritual dan sangat unik," tuturnya.
Sementara Ketua Panitia, Djung Kit Hien dalam sambutannya, menceritakan sejarah asal mulanya dilaksanakan sembahyang kubur. Dimana sembahyang rebut atau rampas atau biasa disebut Jie Lan Shin Fui dan pembakaran perahu atau tongkang atau wangkang yang berawal dari peristiwa budaya yang sudah turun temurun dilaksanakan di Kalimantan Barat khususnya di Kota Pontianak.
"Untuk di Singkawang ini, baru digelar yang pertama kalinya," katanya.
Dia berharap, kegiatan budaya umat Kong Hu Chu ini akan terus berlanjut dan berkesinambungan pada masa-masa yang akan datang.
"Ini merupakan budaya lokal yang dimiliki masyarakat Singkawang. Diharapkan, dengan dilaksanakannya kegiatan ini, bisa menjaga
kelestariannya," ucapnya.
Pembakaran replika kapal yang terbuat dari kertas dengan ukuran besar itu, sebagai bentuk untuk memberikan doa dan penghormatan dengan cara menyembahyangi arwah yang tidak disembahyangi oleh keturunannya (sanak keluarga) dan tidak diketahui tempat pemakamannya.
Diharapkan dengan pembakaran ini, bisa mengantarkan arwah-arwah untuk dikembalikan ke tempat yang semestinya.
"Dan diharapkan setelah pelaksanaan kegiatan tersebut, bisa mendatangkan kedamaian, ketentraman, keselamatan dan perdamaian bagi umat manusia khususnya masyarakat Singkawang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Ke depan, budaya ini akan dikemas dengan lebih baik lagi. Sehingga bisa mendatangkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat Singkawang," kata Awang di kota Singkawang, Minggu.
Dia mengatakan, pada saat pelaksanaan ritual pembakaran kapal Wangkang yang menjadi puncak dari kegiatan Sembahyang Rebut dari masyarakat Tionghoa, dhadiri ribuan masyarakat.
"Dari antusias masyarakat yang cukup besar untuk menyukseskan kegiatan itu, tentu menjadi modal utama dari kita untuk mengemasnya menjadi lebih baik. Sehingga ini juga bisa menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan, karena di dalamnya sarat dengan makna ritual dan sangat unik," tuturnya.
Sementara Ketua Panitia, Djung Kit Hien dalam sambutannya, menceritakan sejarah asal mulanya dilaksanakan sembahyang kubur. Dimana sembahyang rebut atau rampas atau biasa disebut Jie Lan Shin Fui dan pembakaran perahu atau tongkang atau wangkang yang berawal dari peristiwa budaya yang sudah turun temurun dilaksanakan di Kalimantan Barat khususnya di Kota Pontianak.
"Untuk di Singkawang ini, baru digelar yang pertama kalinya," katanya.
Dia berharap, kegiatan budaya umat Kong Hu Chu ini akan terus berlanjut dan berkesinambungan pada masa-masa yang akan datang.
"Ini merupakan budaya lokal yang dimiliki masyarakat Singkawang. Diharapkan, dengan dilaksanakannya kegiatan ini, bisa menjaga
kelestariannya," ucapnya.
Pembakaran replika kapal yang terbuat dari kertas dengan ukuran besar itu, sebagai bentuk untuk memberikan doa dan penghormatan dengan cara menyembahyangi arwah yang tidak disembahyangi oleh keturunannya (sanak keluarga) dan tidak diketahui tempat pemakamannya.
Diharapkan dengan pembakaran ini, bisa mengantarkan arwah-arwah untuk dikembalikan ke tempat yang semestinya.
"Dan diharapkan setelah pelaksanaan kegiatan tersebut, bisa mendatangkan kedamaian, ketentraman, keselamatan dan perdamaian bagi umat manusia khususnya masyarakat Singkawang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015