Sukadana (Antara Kalbar) - Warga di Kecamatan Pulau Maya, Kabupaten Kayong Utara, kini semakin krisis air bersih setelah kemarau berlangsung ditambah gelombang tinggi sehingga menyulitkan pengiriman barang.
    Menurut Camat Pulau Maya Basri Oesman, harga satu jeriken air khusus untuk cuci sudah mencapai Rp9 ribu, sedangkan khusus air minum Rp12 ribu per liter.
    "Saat ini Pulau Maya tidak hanya krisis air bersih dan asap, melainkan juga ombak, karena ombak laut membuat Pulau Maya menjadi terisolir dan sulit mendapatkan bantuan dari kabupaten," kata Basri Oesman saat rapat koordinasi dengan DPRD Kabupaten Kayong Utara.
    Tanpa bermaksud menakuti atau memprovokasi, Basri Oesman mengingatkan permasalahan air bersih di Pulau Maya berpotensi menimbulkan perkelahian bahkan mungkin memakan korban jiwa.
    Dikatakannya, di Pulau Maya saat ini menjadi kecamatan terisolir dari bantuan, baik untuk kebakaran, air bersih ataupun lainnya.
    Hal itu dikarenakan Jalur laut yang memungkinkan untuk mengirim air bersih tidak memungkinkan disebabkan gelombang tengah tinggi pada musim selatan. Sementara jalur darat kondisi jalan saat ini sudah rusak akibat terbakar api disepanjang jalan dan membuat badan jalan terputus.
    Untuk air bersih di Pulau Maya sejatinya sudah terbangun jaringan pipa, namun tidak ada airnya. "Saat ini masyarakat hanya berharap dengan air dari lubang batu, dan hanya itu yang bisa direbutkan, dan jika tidak diurus dengan baik, bisa bebunuh (saling bunuh) karena berebut air," kata Basri Oesman.
    Perebutan air bersih tersebut saat ini memang tengah terjadi di Desa Tanjung Satai, dimana sumber mata air sudah tidak ada lagi dan menyisakan sumber air yang debitnya sangat kecil dan diperlukan masayarakat satu desa.
    Untuk sistem mendapatkan air bersih, dijelaskan Camat Pulau Maya ini sudah menggunakan sistem tiket yang diperebutkan saat pagi hari, dan mengantri hingga dini hari.

Pewarta: Doel Wibowo

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015