Pontianak (Antara Kalbar) - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Khatulistiwa Pontianak membutuhkan investasi sebesar Rp300 miliar untuk mengubah air asin menjadi tawar, seperti pada musim kemarau sekarang ini, karena air Sungai Kapuas terintrusi air laut.

"Untuk mengubah air asin menjadi air tawar dan layak digunakan membutuhkan investasi yang sangat besar, untuk membeli peralatannya saja membutuhkan dana sekitar Rp300 miliar," kata Wali Kota Pontianak Sutarmidji di Pontianak, Selasa.

Sutarmidji menjelaskan, dengan alat itu, air yang diproduksi sebanyak 1.300 liter per detik, dan alat tersebut harus digunakan secara terus-menerus, tidak hanya saat kondisi air asin tetapi juga keadaan normal.

"Bisa saja Pemkot berinvestasi membeli peralatan itu dengan tiga tahun anggaran. Namun yang menjadi permasalahan, biaya operasional untuk memproduksi air asin menjadi air tawar cukup mahal yakni sekitar Rp15 ribu hingga Rp18 ribu per meter kubik," ungkapnya.

Ia menambahkan, sedangkan saat ini saja harga air PDAM berkisar Rp3.500 hingga Rp4.000 per meter kubik. Jika dipaksakan menggunakan peralatan tersebut, tentunya akan ada kenaikan harga atau tarif pemakaian air PDAM sebanyak tiga hingga empat kali lipat dari yang berlaku saat ini.

"Pertanyaannya, apakah masyarakat kita mampu untuk berlangganan air PDAM sebesar itu. Kalau misalnya hotel, usaha-usaha besar atau rumah-rumah mewah mungkin hal itu tidak menjadi persoalan, tetapi masyarakat kecil tentunya keberatan jika tarif PDAM naik hingga sebesar Rp18 ribu per meter kubik," ujarnya.

Saat ini, menurut dia, pemerintah pusat sedang gencar membangun sekitar 48 waduk yang tersebar di beberapa daerah. Ia berharap dari jumlah itu, melalui perjuangan Gubernur Kalbar, Cornelis, bisa mendapat jatah satu waduk sebagai air baku PDAM Pontianak.

"Saya sangat mendukung upaya yang dilakukan oleh pak gubernur untuk mendapatkan satu program pembuatan waduk yang cukup besar. Saya berharap ada di kawasan Kubu Raya supaya itu bisa menjadi air baku untuk PDAM Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, dan Kabupaten Landak," kata Sutarmidji.

Dalam sebulan terakhir, air bersih yang didistribusikan oleh PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak ke pelanggannya terasa asin, karena bahan bakunya dari Sungai Kapuas dan Sungai Penepat sudah terintrusi air laut, karena dorongan air dari hulu kedua sungai itu kecil, dampak dari musim kemarau.

Pewarta: Andilala

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015