Sekadau (Antara Kalbar) - Sekitar 23 kepala keluarga buruh panen atau pekerja borongan PT Multi Jaya Perkasa (MJP), harus rela tinggal di gubuk yang kondisinya jauh dari layak.

Mereka sudah mendiami gubuk yang mereka sebut mess itu selama satu tahun terakhir, dan pemandangan yang sangat miris pun terlihat, dimana anak-anak dan ibu hamil juga tinggal bersama di pemukiman tersebut.

"Sudah satu tahun kami tinggal disini. Ya beginilah keadaannya," kata salah satu pekerja sambil mengenakan bajunya.

Para pekerja lepas ini terpaksa mendiami gubuk seadanya setelah mess karyawan yang sebelumnya mereka huni hangus terbakar pada 19 September 2014. Kebakaran itu menghanguskan segalanya. Hanya seng bekas yang bisa diselamatkan dari puing-puing kebakaran. Seng bekas itulah yang kini jadi dinding rumah mereka.

Saat para pewarta mendatangi lokasi pemukiman pekerja yang terletak di blok G kebun kelapa sawit PT MJP itu, sehari hari lalu, beberapa di antara mereka sedang duduk santai di bawah pohon kelapa sawit sembari istirahat siang.

"Kami sudah beberapa kali meminta manajemen PT MJP agar membangun kembali mess karyawan di lokasi eks kebarakan," kata salah satu buruh.

Permintaan mereka belum terkabul hingga saat ini. Pihak perusahaan memang telah melansir material berupa batu kali dan kerikil ke lokasi tersebut sebagai sinyal bahwa akan ada pembangunan ulang bangunan mess. Material ada sudah diantar, tapi belum tahu kapan dibangun.

"Listrik sih ada pakai mesin diesel, cuma kalau hujan susah pak, airnya masuk ke pondok. Kasihan anak-anak. Kalau siang panas, malam dingin. Serba salah pak," kata pekerja lain.

Walau begitu, para pekerja yang mayoritas berasal dari Pulau Jawa ini untuk sementara masih betah tinggal di tempat tersebut sambil menunggu pembangunan mess baru dari perusahaan. Tempat tinggal yang mereka huni selama ini berlantai kayu bulat seadanya bahkan ada yang berlantai tanah, dinding dari seng bekas, serta atap yang dibuat dari terpal biru.

Ukurannya rata-rata 2x3 meter. Tidak ada paku yang menancap di hunian itu. Para pekerja hanya mengikat terpal dengan tali agar tak terbang tertiup angin. Terdapat setidaknya belasan hunian dengan kondisi serupa di tempat itu.

Sementara itu, Manajer PT Multi Jaya Perkasa, Zainal Abidin saat dikonfirmasi terpisah tak mengelak, jika pemukiman para buruh panen di blok G dalam kondisi tidak layak.

Namun demikian, dia mengklaim bukan dengan sengaja membiarkan para pekerja tinggal di tempat yang tidak layak huni. Apalagi, di situ ada anak-anak dan ibu hamil.

"Kami sudah meminta mereka pindah ke mess di blok F yang kondisinya lebih baik. Tapi mereka tidak mau karena jaraknya cukup jauh dari lokasi tempat mereka bekerja, jadi kurang efisien waktu. Karena mereka tidak mau kami tidak bisa memaksa. Yang jelas kami sudah memberikan solusi," ungkap Zainal.

Dia menjelaskan, selama para pekerja mendiami kamp pemukiman "super sederhana" itu, pihak perusahaan juga tak serta merta lepas tangan. Kami sediakan penerangan listrik untuk mereka. Terkait keinginan para pekerja agar perusahaan membangun kembali mess karyawan baru sebagai pengganti yang terbakar, jika pihak perusahaan saat ini sedang dalam proses tender dengan pihak ketiga.

Tender sebelumnya sempat gagal karena faktor teknis. Hal itulah yang menyebabkan pembangunan mess karyawan di blok G tertunda hingga sekarang.

"Sudah acc (disetujui) dari pusat. Kemarin sudah jalin kontrak dengan pihak ketiga, tapi ternyata mereka menyatakan mundur. Ini sekarang kami sedang menjajaki kerja sama baru dengan pihak ketiga lain. Jika tidak ada kendala besok pun sudah bisa dibangun," pungkasnya. (Gansi/N005)

Pewarta: Gansi

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015