Pontianak (Antara Kalbar) -  PT Agro Lestari Mandiri anak perusahaan Sinar Mas Grup di Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang dalam tiga minggu terakhir telah mendistribusikan air ke kanal-kanal sekeliling untuk mencegah & memadamkan kebakaran di kawasan yang mengalami kebakaran.

"Karena kawasan yang terbakar masuk hutan gambut, maka kami tidak bisa masuk jauh kedalam dalam memadamkan kebakaran, karena tidak ada akses jalan, setelah melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, muspika, maka disepakati membuat kanal untuk menyuplai air agar bia menggenangi areal gambut yang terbakar," kata Manager PT AMNL Herman di Nanga Tayap, Minggu.

Kepala Dusun Sungai Durian, Desa Nanga Tayap Maspawandi menyampaikan sudah tiga minggu ini perusahaan terus melakukan penyedotan air dari Sungai, yang titik penyedotan airnya sebanyak lima titik, tiga titik menyedot langsung ke sungai, dua lagi dari kanal satu ke lainnya, yang dilakukan 20 jam dalam satu hari, dengan kapasitas 1.000 meter kubik per jam sejak 10 September hingga sekarang.

"Pola distribusi air ke kanal-kanal ini didukung oleh masyarakat, karena juga dapat mencegah kebakaran di lahan miliknya. Kami melihat perusahaan berusaha maksimal untuk memadamkan api tanpa memperhitung biaya yang dikeluarkan, baik dari segi penyediaan peralatan pemadaman, petugas pemadamnya serta lainnya, yang penting kebakaran bisa secepatnya dipadamkan," jelas Maspawandi

Dari pantauan lapangan pihak perusahaan sudah melakukan berbagai upaya pencegahan  dan pemadaman kebakaran, dengan memasang papan amaran agar tidak membakar atau yang bisa menyebabkan kebakaran, melakukan sosialisasi bersama muspika kepada masyarakat, dan menyediakan sarana dan prasarana dalam untuk memadamkan api,  seperti mobil pemadam kebakaran, petugas, termasuk membuat kanal,  menara api (tempat memantau api) dan embung-embung tempat penyimpanan air, serta meletakkan tangki-tangki  air (fiber) ukuran 20.000 liter sebanyak 6 unit dan ukuran 50.000 liter sebanyak 2 unit di lokasi yang masuk dalam areal rawan kebakaran.

“Kami tidak mungkin atau sengaja membakar dalam membersihkan lahan, dan kalau itu dilakukan, maka suatu kebodohan bagi kami, karena yang tadinya mau untung tetapi resiko besar, dan dalam pembukaan lahan komitmen “zero burning” pembukaan lahan tidak boleh dengan cara dibakar, kalau itu tetap dilakukan managernya pasti langsung pecat," kata Herman.       

Sementara itu, Kapolsek Nanga Tayap AKP Imbang Sulistyono menyatakan, kebakaran hutan dan lahan, asal api tidak diketahui tetapi dari atas Bukit Batu Menangis kemudian merembet hingga ke areal sekitar perkebunan PT Agro Lestari Mandiri.

"Kami bekerjasama dengan pihak perusahaan dalam memadamkan kebakaran di hutan kawasan Bukit Batu Menangis, tetapi karena yang terbakar diatas bukit dan ditambah sulitnya mendapatkan air, sehingga api sulit dipadamkan, dan ditambah jalan menuju lokasi kebakaran tidak ada, sehingga kami juga tidak bisa membuat jalan karena termasuk hutan lindung," katanya.

Untuk areal gambut setelah, melakukan pertemuan dengan masyarakat, maka akhirnya diputuskan melakukan penyedeton air di Sungai Kayong untuk mengisi parit untuk membuat lahan gambut agar basah sehingga dapat mencegah kebakaran, katanya.

Kapolsek Nanga Tayap menyatakan, dirinya juga turun langsung ke lokasi kebakaran tersebut. Dugaan sementara api berasal dari percekikan api dari perladangan masyarakat

"Dan tidak ada api dari kebun, kalau mereka mau membuka lahan dengan cara dibakar tidak sebanding dengan investasi mereka, sehingga kecil kemungkinan kalau pihak perkebunan yang melakukannya," katanya. Menurut dia, hingga saat ini, belum ada dari pihak perusaahaan dan masyarakat yang jadi tersangka dalam pembakaran hutan dan lahan," ungkap Kapolsek Nanga Tayap.

“Pihaknya tidak mengetahui siapa yang membakar sehingga menyebabkan kebakaran diareal yang jaraknya sekitar 1-2 kilometer dari desanya. Atas kejadian itu, kami minta bantuan ke pihak PT ALM, dan reaksi mereka cukup baik, yakni langsung turut serta memadamkan lokasi kebakaran itu. Yang jelas kami sudah lama bekerjasama dengan pihak kebun dalam mencegah kebakaran. Karena lahan yang terbakar, lahan gambut, sehinga sulit dipadamkan, meskipun cepat diantisipasi," ungkap Maspawandi.

Menurut Kadus Sungai Durian ini, apa yang dilakukan oleh pihak perkebunan, mereka tidak hanya menyelamatkan kebunnya, tetapi juga peladangan punya masyarakat dipinggir desa. "Malah dengan semangatnya memadamkan api, pak Herman mengalami luka bakar dibagian tangannya.

Menurut dia, luas hutan yang terbakar tidak seluas, seperti yang diinformasikan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

"Kami sangat terbantu dengan hadirnya perkebunan sehingga warga kami bisa bekerja, dari 151 KK atau 300 warga, 90 persen diantaranya kini bekerja di perkebunan, dulunya kerja kayu, tetapi kayu sudah habis sehingga bisa kerja di kebun dengan gaji 79 ribu/hari," katanya.

Hal senada juga diakui, Dikin tokoh masyarakat Sungai Durian. "Kami banyak mengucapkan terima kasih pada pihak PT ALM yang sudah berusaha sekuat tenaga dalam memadamkan kebakaran, karena kalau tidak dibantu mereka, mungkin api akan membakar kebun dan rumah warga yang jaraknya sudah tinggal 50 meter lagi.

"Kami menduga sumber api dari aktivitas orang yang tidak bertanggungjawab, seperti membakar ikan hasil tangkapan di hutan-hutan, karena dimusim kemarau sekarang ini, banyak orang  yang mencari ikan, lalu dibakar di hutan pinggir sungai untuk dimakan. Adapula yang sengaja membakar hutan, dengan maksud agar hewan-hewan liar keluar dari sarangnya, sehingga mereka dengan mudah menangkap hewan buruan tersebut," ungkapnya.

Sarpa'i warga Desa Sungai Durian, membenarkan umumnya warganya masih terus berladang dengan cara membakar dalam membersihkan lahan yang akan mereka tanami padi.

 

Pewarta: Andilala

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015