Pontianak (Antara Kalbar) - Pemerintah Kota Pontianak melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat mengimbau masyarakat kota itu agar memasang bunga manggar guna memeriahkan peringatan Hari Jadi Kota ke-244 Pontianak yang jatuh pada 23 Oktober.

"Dipasangnya manggar tersebut, sebagai upaya kita untuk melestarikan budaya Melayu dan memperkuat nilai-nilai budaya Melayu yang dimiliki agar tidak luntur," kata Kepala Disbudpar Kota Pontianak Hilfira Hamid di Pontianak, Kamis.

Ia menjelaskan, imbauan tersebut dilakukan melalui surat edaran Wali Kota Pontianak yang diedarkan kepada sejumlah SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalbar, SKPD di lingkungan Pemkot Pontianak, instansi vertikal/lembaga negara, BUMN dan BUMD, perusahaan swasta dan yayasan, hingga media cetak dan elektronik.

Menurutnya, selain manggar dalam surat edaran tersebut juga mengimbau agar turut memasang umbul-umbul, serta spanduk ucapan selamat Hari Jadi Kota Pontianak ke-244.

Sementara pemasangan manggar, dipasang di sisi kanan dan kiri pintu masuk dan keluar halaman kantor atau tempat usaha masing-masing, dan kesemua tersebut dipasang mulai tanggal 18 hingga 31 Oktober 2015, katanya.

"Meskipun tidak terdapat sanksi bagi yang tidak memasang, namun kami berharap masyarakat dan lembaga pemerintahan maupun swasta, serta pelaku usaha ikut berpartisipasi memasang manggar, spanduk dan umbul-umbul di tempatnya masing-masing sebagai wujud kecintaan terhadap Kota Pontianak," kata Hilfira.

Sehingga, menurut dia, Hari Jadi Kota Pontianak yang merupakan hari jadi milik seluruh warga Kota Pontianak ini, semakin semarak.

Sebelumnya, Pemkot Pontianak dalam rangka peringatan Hari Jadi Kota Pontianak juga menggelar lomba dan Festival Saprahan sebagai wadah dalam melestarikan budaya Melayu, karena dalam budaya makan saprahan terkandung nilai-nilai filosofi yakni adanya kebersamaan dan rasa kekeluargaan, kata Wali Kota Pontianak, Sutarmidji.

Ia menjelaskan, penyajian makanan dengan cara saprahan juga sebagai salah satu pendidikan etika. "Sehingga anak-anak sejak dini bisa belajar sopan santun yang ada pada saprahan," ujarnya.

Filosofi yang terkandung dalam makan bersaprah ini dinilainya bagus bagi semua orang, karena dengan makan saprahan ini tergambar nilai kegotong-royongan antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, sajian yang dihidangkan juga terdiri dari berbagai jenis kuliner khas Melayu.

Sutarmidji berharap, kreasi atau inovasi dari pengembangan kuliner tradisional maupun budaya-budaya yang terikat dengan kuliner ini bisa terus dipertahankan dan dikembangkan sehingga menarik untuk dijadikan salah satu obyek pariwisata di Kota Pontianak.

"Mudah-mudahan festival saprahan ini bisa digelar untuk tingkat Kalbar sehingga ke depannya daerah-daerah lain boleh mengikuti kegiatan ini," katanya.

Pewarta: Andilala

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015