Jakarta (Antara Kalbar) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek) M Nasir meminta para dokter di fakultas kedokteran di masing-masing universitas di tujuh provinsi yang terdampak asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) untuk terjun langsung melakukan pemeliharaan kesehatan.

 "Hari ini harus sudah 'action', besok mereka harus sudah koordinasi dan melakukan tindakan di lapangan," kata Menristekdikti usai mengikuti rapat koordinasi penanggulangan karhutla di Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Kemko Polhukam), di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan para dokter dari universitas ini diharapkan dapat terlibat langsung membantu perawatan dan pemeliharaan kesehatan kepada masyarakat yang terdampak asap di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.

Selain itu, ia juga meminta kepada beberapa perguruan tinggi untuk membuat penjernih udara (air purifier) sebanyak mungkin untuk dipasang di lokasi-lokasi evakuasi warga.  
    
"Sudah ada dari ITB (Institut Teknologi Bandung) dan Undip (Universitas Diponegoro) yang akan membantu membuatkannya untuk bisa dipasang di daerah terdampak. Saya minta produksi sebanyak-banyaknya, akan dikirim ke daerah terdampak," ujar dia.

Kemampuan mereka untuk memproduksi penjernih udara ini, menurut Nasir, mencapai 50 unit per minggu sehingga dalam satu bulan mencapai sekitar 200 unit setiap perguruan tinggi.

"Tapi nanti akan minta bantuan kepada yang  bisa produksi skala pabrikan untuk bisa dikirim ke sana (tujuh provinsi terdampak asap)," kata dia.

 Sementara itu, terkait dengan pemanfaatan beberapa rekayasa teknologi seperti Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), water bombing, gel dan cairan kimia tertentu untuk pemadaman karhutla yang belum membuahkan hasil yang signifikan, ia berjanji akan memperbanyak, memperdalam, memperluas penelitian terkait lahan gambut di Indonesia.

"Masalah lahan gambut, riset akan diperbanyak, bagaimana air bisa bertahan di situ (di lahan gambut), bagaimana agar gambut harus selalu dalam kondisi basah. Semua universitas di daerah yang memiliki lahan gambut nanti harus ada program studi khusus melakukan riset bidang itu," ujar dia.

Tentu manfaat dari upaya tersebut tidak dapat dirasakan seketika, mengingat penelitian dan pengembangan teknologi selalu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

"Hasilnya tidak bisa satu atau dua bulan keluar, bisa beberapa tahun. Tapi harapannya bisa membuat kondisi lebih baik di masa depan," ujar dia.

Dalam rapat koordinasi bersama yang dihadiri sejumlah menteri di bawah Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan disepakati akan disiapkan lokasi-lokasi pengungsian yang kualitas udaranya terverifikasi baik, dengan menempatkan "air purifier".

Dari tujuh provinsi terdampak asap karhutla terdapat titik-titik yang menjadi lokasi evakuasi berdasarkan hasil penilaian para kepala daerah.

(V002/S. Pinardi )

Pewarta: Virna P Setyorini

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015