Cape Canaveral (Antara Kalbar) - Pesawat antariksa Amerika Serikat bersiap
menyelami kedalaman air, es dan materi organik Enceladus, bulan
Saturnus yang memiliki samudra, untuk mempelajari potensinya mendukung
kehidupan, kata Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Rabu (28/10).
Hanya setetes air yang akan dikumpulkan dalam pelintasan dengan kecepatan 19.000 mil per jam atau 30.600 kilometer per jam sekitar pukul 01.00 EDT.
Para ilmuwan mengatakan itu akan cukup untuk menjawab sejumlah pertanyaan kunci tentang Enceladus, yang punya laut tertutup di bawah permukaannya yang ber-es.
"Ini adalah langkah sangat besar dalam era baru penjelajahan samudra-samudra dunia dalam tata surya kita… badan dengan potensi besar memberikan oasis bagi kehidupan," kata Curt Niebur, ilmuwan dalam program misi Cassini NASA di Saturnus.
Pesawat antariksa itu tidak memiliki peralatan untuk secara langsung mendeteksi kehidupan, tapi para ilmuwan berharap bisa mengorek detail tentang laut bawah tanah yang diyakini sebagai sumber pancaran serupa air mancur di Enceladus.
Para ilmuwan menduga kekuatan pasang surut menjaga cairan samudra.
Cassini menemukan pancaran yang menjulur ratusan mil ke antariksa tahun 2005, setahun setelah mencapai Saturnus.
Selama pengulangan pelintasan ke Enceladus, bulan terbesar keenam Saturnus yang diameternya hanya 310 mil (500 kilometer), para ilmuwan mengonfirmasi bahwa bulan itu memiliki samudra cairan yang sedikit bergaram di bawah keraknya.
Saturnus, planet bergas dan planet terbesar kedua dalam tata surya, besarnya sekitar sembilan kali ukuran Bumi dan merupakan planet terjauh keenam dari matahari.
Dalam pelintasan di sekitar 30 kilometer di atas kawasan kutub selatan aktif Enceladus pada Rabu, para ilmuwan berharap bisa melakukan pengukuran bahan kimia dari pancaran yang akan memungkinkan mereka menentukan apakah bulan itu punya lubang hidrothermal di dasar lautnya.
Habitat laut dalam dengan malam abadi di Bumi yang kondisinya serupa mendukung banyak ragam kehidupan.
Cassini, yang misinya dijadwalkan berakhir 2017, akan melakukan pelintasan final ke Enceladus pada Desember, demikian seperti dilansir kantor berita Reuters.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Hanya setetes air yang akan dikumpulkan dalam pelintasan dengan kecepatan 19.000 mil per jam atau 30.600 kilometer per jam sekitar pukul 01.00 EDT.
Para ilmuwan mengatakan itu akan cukup untuk menjawab sejumlah pertanyaan kunci tentang Enceladus, yang punya laut tertutup di bawah permukaannya yang ber-es.
"Ini adalah langkah sangat besar dalam era baru penjelajahan samudra-samudra dunia dalam tata surya kita… badan dengan potensi besar memberikan oasis bagi kehidupan," kata Curt Niebur, ilmuwan dalam program misi Cassini NASA di Saturnus.
Pesawat antariksa itu tidak memiliki peralatan untuk secara langsung mendeteksi kehidupan, tapi para ilmuwan berharap bisa mengorek detail tentang laut bawah tanah yang diyakini sebagai sumber pancaran serupa air mancur di Enceladus.
Para ilmuwan menduga kekuatan pasang surut menjaga cairan samudra.
Cassini menemukan pancaran yang menjulur ratusan mil ke antariksa tahun 2005, setahun setelah mencapai Saturnus.
Selama pengulangan pelintasan ke Enceladus, bulan terbesar keenam Saturnus yang diameternya hanya 310 mil (500 kilometer), para ilmuwan mengonfirmasi bahwa bulan itu memiliki samudra cairan yang sedikit bergaram di bawah keraknya.
Saturnus, planet bergas dan planet terbesar kedua dalam tata surya, besarnya sekitar sembilan kali ukuran Bumi dan merupakan planet terjauh keenam dari matahari.
Dalam pelintasan di sekitar 30 kilometer di atas kawasan kutub selatan aktif Enceladus pada Rabu, para ilmuwan berharap bisa melakukan pengukuran bahan kimia dari pancaran yang akan memungkinkan mereka menentukan apakah bulan itu punya lubang hidrothermal di dasar lautnya.
Habitat laut dalam dengan malam abadi di Bumi yang kondisinya serupa mendukung banyak ragam kehidupan.
Cassini, yang misinya dijadwalkan berakhir 2017, akan melakukan pelintasan final ke Enceladus pada Desember, demikian seperti dilansir kantor berita Reuters.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015