Mataram (Antara Kalbar) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, Republik Indonesia dapat bermartabat secara lengkap bila mencapai tiga hal dengan optimal yaitu dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial-budaya.
"Bermartabat bukan hanya di bidang politik, tapi martabat baru lengkap kalau tercapai tiga hal, yaitu berdaulat di bidang politik, budaya, dan unggul di bidang ekonomi," kata Jusuf Kalla dalam acara Muktamar VI dan Milad ke-25 ICMI yang digelar di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu.
Menurut Jusuf Kalla, ICMI lahir dari kegelisahan yang dipelopori oleh kalangan mahasiswa pada awalnya guna mengingatkan pentingnya persatuan di antara kaum terpelajar umat.
Wapres juga teringat bahwa ketika itu istilah yang akan digunakan sarjana atau cendekiawan, dan akhirnya dipilih cendekiawan karena memiliki makna yang lebih tinggi dan lebih luas. "Karena itu gelar tidak dibutuhkan tetapi lebih diperhatikan bobot," katanya.
Namun tentu saja, ujar dia, saat ini harus dimaklumi bahwa kondisi politik yang ada saat itu berbeda dengan situasi pada masa kini.
Perbedaan itu antara lain saat Presiden Soeharto pada masa Orde Baru menekankan martabat Indonesia di dalam pertumbuhan perekonomian yang tinggi, pemerataan ke seluruh wilayah, dan stabilitas sosial-politik.
Meski berbeda, lanjutnya, tetapi saat ini penting pula untuk memiliki prinsip yang sama yaitu meningkatkan semangat keislaman dalam mencapai cita-cita bangsa.
Selain itu, Jusuf Kalla juga menekankan pentingnya penyebaran pemikiran moderat dan perlunya memahami pemikiran moderat tersebut.
Dalam bidang politik saat ini, menurut dia, tidak ada lagi perbedaan antara partai Islam dan partai nasional karena para pemimpin partainya telah menunaikan ibadah haji.
Sedangkan contoh lainnya adalah identitas keislaman yang tidak lagi diragukan untuk muncul saat ini, seperti jilbab bagi mahasiswi yang masa kini tidak hanya terbatas ada di institut agama tetapi juga telah sama tersebar luas di seluruh lembaga pendidikan negeri di Tanah Air.
Dalam acara tersebut, juga dilakukan penandatanganan MoU (Nota Kesepahaman) antara Yayasan Abdi Bangsa dengan Gerakan Guru Berkualitas ICMI tentang peningkatan mutu guru di sekolah-sekolah agama dan guru-guru agama di sekolah umum yang pendapatannya tidak mencukupi kehidupannya.
Sebagaimana diberitakan, ICMI dalam muktamarnya di NTB, 11-13 Desember 2015, mengagendakan pembuatan peta jalan menuju Indonesia yang lebih bermartabat.
"ICMI berusaha mengedepankan peta jalan Indonesia yang bisa lebih bermartabat," kata Ketua Presidium ICMI Sugiharto setelah menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (7/12).
Dia memaparkan, muktamar ICMI di Nusa Tenggara Barat sekaligus sebagai peringatan milad (ulang tahun) lembaga itu yang ke-25 serta ajang untuk memilih kepengurusan ICMI yang baru untuk lima tahun ke depan.
Sugiharto menyebutkan bahwa Wapres JK memberikan arahan agar ICMI juga menekankan kepada aspek perekonomian yaitu bagaimana dapat memberdayakan ekonomi UKM umat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Bermartabat bukan hanya di bidang politik, tapi martabat baru lengkap kalau tercapai tiga hal, yaitu berdaulat di bidang politik, budaya, dan unggul di bidang ekonomi," kata Jusuf Kalla dalam acara Muktamar VI dan Milad ke-25 ICMI yang digelar di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu.
Menurut Jusuf Kalla, ICMI lahir dari kegelisahan yang dipelopori oleh kalangan mahasiswa pada awalnya guna mengingatkan pentingnya persatuan di antara kaum terpelajar umat.
Wapres juga teringat bahwa ketika itu istilah yang akan digunakan sarjana atau cendekiawan, dan akhirnya dipilih cendekiawan karena memiliki makna yang lebih tinggi dan lebih luas. "Karena itu gelar tidak dibutuhkan tetapi lebih diperhatikan bobot," katanya.
Namun tentu saja, ujar dia, saat ini harus dimaklumi bahwa kondisi politik yang ada saat itu berbeda dengan situasi pada masa kini.
Perbedaan itu antara lain saat Presiden Soeharto pada masa Orde Baru menekankan martabat Indonesia di dalam pertumbuhan perekonomian yang tinggi, pemerataan ke seluruh wilayah, dan stabilitas sosial-politik.
Meski berbeda, lanjutnya, tetapi saat ini penting pula untuk memiliki prinsip yang sama yaitu meningkatkan semangat keislaman dalam mencapai cita-cita bangsa.
Selain itu, Jusuf Kalla juga menekankan pentingnya penyebaran pemikiran moderat dan perlunya memahami pemikiran moderat tersebut.
Dalam bidang politik saat ini, menurut dia, tidak ada lagi perbedaan antara partai Islam dan partai nasional karena para pemimpin partainya telah menunaikan ibadah haji.
Sedangkan contoh lainnya adalah identitas keislaman yang tidak lagi diragukan untuk muncul saat ini, seperti jilbab bagi mahasiswi yang masa kini tidak hanya terbatas ada di institut agama tetapi juga telah sama tersebar luas di seluruh lembaga pendidikan negeri di Tanah Air.
Dalam acara tersebut, juga dilakukan penandatanganan MoU (Nota Kesepahaman) antara Yayasan Abdi Bangsa dengan Gerakan Guru Berkualitas ICMI tentang peningkatan mutu guru di sekolah-sekolah agama dan guru-guru agama di sekolah umum yang pendapatannya tidak mencukupi kehidupannya.
Sebagaimana diberitakan, ICMI dalam muktamarnya di NTB, 11-13 Desember 2015, mengagendakan pembuatan peta jalan menuju Indonesia yang lebih bermartabat.
"ICMI berusaha mengedepankan peta jalan Indonesia yang bisa lebih bermartabat," kata Ketua Presidium ICMI Sugiharto setelah menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (7/12).
Dia memaparkan, muktamar ICMI di Nusa Tenggara Barat sekaligus sebagai peringatan milad (ulang tahun) lembaga itu yang ke-25 serta ajang untuk memilih kepengurusan ICMI yang baru untuk lima tahun ke depan.
Sugiharto menyebutkan bahwa Wapres JK memberikan arahan agar ICMI juga menekankan kepada aspek perekonomian yaitu bagaimana dapat memberdayakan ekonomi UKM umat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015