Singapura (Antara Kalbar/AFP) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Senin, setelah produsen utama minyak mentah Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, menyusul pertengkaran dengan Teheran atas eksekusi mati seorang ulama Syiah.
    Arab Saudi mengumumkan keputusannya pada Minggu, sehari setelah para demonstran menggeledah kedutaannya di Teheran atas eksekusi mati ulama Syiah.
     Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan diplomat Iran memiliki waktu 48 jam untuk meninggalkan kerajaan itu  dan pemimpin tertinggi Iran mengatakan Arab Saudi akan menghadapi "konsekuensi cepat" karena mengeksekusi ulama.
    Khawatir pergolakan lebih lanjut di Timur Tengah yang sedang begejolak, Amerika Serikat telah mendesak para pemimpin kawasan itu untuk mengambil langkah-langkah guna menenangkan ketegangan.
    Pada sekitar pukul 02.30 GMT, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari naik 48 sen atau 1,30 persen menjadi 37,52 dolar AS per barel, dan minyak mentah Brent untuk Februari diperdagangkan 61 sen atau 1,64 persen lebih tinggi pada 37,89 dolar AS per barel.
    "Minyak mengawali tahun baru dengan membaik, karena pasar Asia bereaksi terhadap ketakutan bahwa ketegangan geopolitik di Timur Tengah dapat mengancam pasokan minyak," kata Bernard Aw, analis pasar IG Markets di Singapura.
    Meski naik, Aw mengatakan bahwa minyak mentah global akan terus-menerus kelebihan pasokan sehingga lebih lanjut menekan harga dalam jangka panjang.
    "Kecuali kita melihat penurunan meyakinkan dalam produksi minyak dari kedua negara tersebut dan komunitas produsen minyak yang lebih luas, masalah kelebihan pasokan akan bertahan, yang berarti harga minyak akan tetap di bawah tekanan untuk jangka waktu lama," katanya kepada AFP.
    Arab Saudi adalah produsen terbesar di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang bulan lalu memutuskan untuk tidak memotong tingkat produksi mereka meskipun harga minyak turun tajam. Iran juga merupakan anggota penting OPEC.

Pewarta:

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016