Singkawang (Antara Kalbar) - Ratusan umat muslim yang ada di Kota Singkawang melakukan shalat gerhana matahari dalam rangka menyambut gerhana matahari total (GMT) di Masjid Raya kota setempat, Rabu.
Jamaah shalat memenuhi ruangan masjid sehingga ada jamaah yang rela mengambil barisan sampai ke selasar masjid guna memanfaatkan fenomena alam yang tidak tahu kapan kebesaran Allah SWT itu terjadi lagi di Indonesia.
Dalam shalat itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Singkawang, Arnadi Arkan bertindak sebagai imam. Sedangkan Ustadz Sholeh bertindak sebagai khatib.
"Gerhana matahari total adalah sebagai bukti adanya sunnatullah yakni hukum Allah, yang telah ditetapkannya. Manusia seakan tidak berdaya sama sekali untuk menyembah apalagi menentangnya," kata Ustadz Sholeh.
Ustadz Sholeh juga mengatakan, Allah SWT Yang Maha Kuasa mengatur semesta alam ini dan hanya Dia-lah Yang maha Besar dan Agung.
"Kita semua miskin dan hina di hadapannya, tidak ada yang patut kita sombongkan dan kita banggakan, karena semua bisa dirusak apabila kita meninggalkan dia. Dia adalah satu-satunya yang patut disembah oleh makhluk hidup bahwa kemuliaan manusia di sisi Allah hanyalah ketaatan semata," kata Sholeh.
Dalam kesempatan itu, Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Singkawang, H Ruslan Karim mengatakan, makna di balik ini sesungguhnya warga muslim harus memahami kebesaran Allah SWT bahwa segala sesuatu dari dunia ini ada pemiliknya.
Rasulullah mencontohkan ketika gerhana matahari beliau lari langsung ke masjid untuk bersujud kepada Allah, mohon ampun kepada Allah, berzikir dengan memuji-memuji Allah dan bersedekah.
"Kita patut bersyukur karena apa yang telah diberikannya kepada kita sebagai hambanya Allah SWT," ungkapnya.
Ruslan mengakui, semasa hidupnya ini kedua kalinya terjadi gerhana matahari di Indonesia. "Dulu saya masih kecil, tepatnya tahun 1983 dan sekarang tahun 2016," katanya.
Sementara satu diantara jamaah, Sahminan (72) mengatakan, fenomena alam gerhana matahari baru dua kali terjadi semasa hidupnya.
"Semasa hidup saya, baru dua kali terjadi. Yang pertama terjadi pada 30 tahun lalu dan baru sekarang baru terjadi lagi," katanya.
Menurut dia, gerhana matahari merupakan kebesaran Allah. "Dan kita selaku manusia harus mensyukuri atas kejadian ini. Kita patut bersyukur atas kekuasaan yang ditunjukkan Allah," katanya.
Sementara itu, gerhana matahari total yang terjadi di Kota Singkawang diwarnai dengan cuaca yang kurang bersahabat. Fenomena alam itu tertutup oleh awan mendung yang cukup tebal.
(KR-RDO/S023)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
Jamaah shalat memenuhi ruangan masjid sehingga ada jamaah yang rela mengambil barisan sampai ke selasar masjid guna memanfaatkan fenomena alam yang tidak tahu kapan kebesaran Allah SWT itu terjadi lagi di Indonesia.
Dalam shalat itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Singkawang, Arnadi Arkan bertindak sebagai imam. Sedangkan Ustadz Sholeh bertindak sebagai khatib.
"Gerhana matahari total adalah sebagai bukti adanya sunnatullah yakni hukum Allah, yang telah ditetapkannya. Manusia seakan tidak berdaya sama sekali untuk menyembah apalagi menentangnya," kata Ustadz Sholeh.
Ustadz Sholeh juga mengatakan, Allah SWT Yang Maha Kuasa mengatur semesta alam ini dan hanya Dia-lah Yang maha Besar dan Agung.
"Kita semua miskin dan hina di hadapannya, tidak ada yang patut kita sombongkan dan kita banggakan, karena semua bisa dirusak apabila kita meninggalkan dia. Dia adalah satu-satunya yang patut disembah oleh makhluk hidup bahwa kemuliaan manusia di sisi Allah hanyalah ketaatan semata," kata Sholeh.
Dalam kesempatan itu, Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Singkawang, H Ruslan Karim mengatakan, makna di balik ini sesungguhnya warga muslim harus memahami kebesaran Allah SWT bahwa segala sesuatu dari dunia ini ada pemiliknya.
Rasulullah mencontohkan ketika gerhana matahari beliau lari langsung ke masjid untuk bersujud kepada Allah, mohon ampun kepada Allah, berzikir dengan memuji-memuji Allah dan bersedekah.
"Kita patut bersyukur karena apa yang telah diberikannya kepada kita sebagai hambanya Allah SWT," ungkapnya.
Ruslan mengakui, semasa hidupnya ini kedua kalinya terjadi gerhana matahari di Indonesia. "Dulu saya masih kecil, tepatnya tahun 1983 dan sekarang tahun 2016," katanya.
Sementara satu diantara jamaah, Sahminan (72) mengatakan, fenomena alam gerhana matahari baru dua kali terjadi semasa hidupnya.
"Semasa hidup saya, baru dua kali terjadi. Yang pertama terjadi pada 30 tahun lalu dan baru sekarang baru terjadi lagi," katanya.
Menurut dia, gerhana matahari merupakan kebesaran Allah. "Dan kita selaku manusia harus mensyukuri atas kejadian ini. Kita patut bersyukur atas kekuasaan yang ditunjukkan Allah," katanya.
Sementara itu, gerhana matahari total yang terjadi di Kota Singkawang diwarnai dengan cuaca yang kurang bersahabat. Fenomena alam itu tertutup oleh awan mendung yang cukup tebal.
(KR-RDO/S023)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016