Sanggau (Antara Kalbar) - Pasrah dengan nasib. Mungkin hanya ungkapan itu yang terpendam di benak Hermanto Tot (65), pria lajang yang tinggal berdua dengan ibunya, Baiduri (91) di sebuah rumah reyot di RT 03, Dusun Hulu, Desa Hilir, Kecamatan Balai Batang Tarang, Kabupaten Sanggau.
   
Pria yang sehari-hari bekerja serabutan dan hanya berjualan nasi kuning di pasar sayur Balai ini, hanya bisa pasrah menerima jalan hidupnya. Puluhan tahun tinggal di rumah yang nyaris ambruk harus ia jalani dengan ibunya yang sudah hampir uzur. Ia tidak mampu mencari biaya untuk merenovasi tempat tinggalnya, dengan penghasilan rata-rata Rp30 ribu per hari, jika berjualan nasi kuning tersebut.
  
"Begini lah rumah saya, maklum kerjaan tidak tetap. Bagaimana mau memperbaiki rumah, buat makan sehari-hari saja susah. Saya di rumah ini, tinggal bersama ibu yang sudah tua juga," ujarnya di dampingi Kepala Dusun Hulu, Ashady Cahyadi dan tokoh pemuda setempat, Muhammad Azmi.
   
Diantara obrolan pria yang akrab disapa Pak Tot ini, ia mengungkapkan rumah berukuran 4 x 6 meter itu, dulunya merupakan bekas dapur dari kerabatnya. Sejak tahun 80-an tidak pernah diperbaiki sehingga kondisinya sekarang ini sudah rusak parah.
   
Kerusakan mulai terlihat dari dinding, bahkan sebelah dari bangunan rumah itu tidak memiliki jendela. Kemudian, mulai dari lantai terasnya diinjak bergoyang dan nyaris patah karena rapuh.
   
"Sudah lama, tidak pernah diperbaiki. Ini nunggu hari lagi mau roboh. Rumah ini, dulunya bekas dapur," bebernya.
   
Disinggung apakah ia mendapatkan program bantuan dari pemerintah, ia mengaku tidak berharap banyak. Soalnya, saat program bantuan bergulir, mereka pun selalu luput dari perhatian dan belum pernah menerima bantuan.
   
"Wah, saya tak pernah berharap, selama inipun jarang dapat yang namanya bantuan itu," katanya pasrah.
   
Kendati demikian, Pak Tot tetap memiliki harapan, ke depannya ada perhatian dari Pemkab Sanggau kepadanya, terutama membantu biaya untuk merenovasi rumahnya yang nyaris roboh.
   
"Saya hanya bisa pasrah saja. Tapi, kalau ditanya, saya masih berharaplah, mudah-mudahan ada bantuan dari pemerintah," harapnya.
  
Kepala Dusun Hulu Ashady Cahyadi meminta, apa yang dialami Pak Tot itu menjadi perhatian pemerintah. Paling tidak memberikan bantuan untuk perbaikan atau renovasi rumah tersebut. Sebab kondisinya sangat parah, tak menutup kemungkinan rumah itu akan ambruk sewaktu-waktu.
   
"Memang sangat parah, kondisi ini. Jelas sangat membahayakan penghuninya, jika sewaktu-waktu roboh. Kita berharap dengan sangat kepada pemerintah, untuk memberikan bantuan lah, paling tidak untuk memperbaiki bagian yang rusak parah," kata dia.
   
Tokoh pemuda setempat Muhammad Azmi mengatakan, jika pemerintah ada memberikan bantuan, maka mereka selaku pemuda bisa membantu memperbaiki dengan jalan gotong royong.
   
"Kita siap membantu, tergantung saja jika ada materialnya. Mudah-mudahan ini, menjadi perhatian pemerintah lah, kami siap bergotong royong untuk membantu memperbaiki rumah ini," tegasnya.
   
Pantauan di lapangan, rumah Pak Tot ini hanya berdinding papan dan bilik bambu. Saat ini, disangga oleh batang kayu yang mulai lapuk dan menghitam dan sebagian berjatuhan, terlihat dibiarkan begitu saja.
   
Sebagian dinding sebelah kirinya, tidak memiliki jendela sehingga jika hujan air kapanpun bisa masuk ke rumah. Sementara bagian dalam rumah, meja dan kursi yang sudah puluhan tahun menjadi tempatnya beristirahat pun sama kondisinya. Bagian kaki meja yang mulai habis dimakan rayap tampak miring.
   
Begitupun dengan tempat tidurnya, hanya kasur dari kapuk yang mulai mengeras dan beberapa bagian berlobang. Kemudian di bagian dapur lantai sudah miring dan sebagian berlobang.

Pewarta: M Khusyairi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016