Pontianak (Antara Kalbar) - Sejumlah warga di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menggelar kegiatan menjelang berbuka puasa atau "Ngabuburit on The Road" guna merangkul anak muda mengisi kegiatan positif.
"Kami sengaja mengadakan kegiatan `Ngabuburit on the Road`, untuk kepentingan anak muda di perbatasan ini, agar mengisi kegiatan positif sambil menunggu waktu berbuka puasa," kata pengelola juru bicara panitia Wahyu Widayanti, saat dihubungi di Entikong, perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Sanggau, Jumat.
Dia mengatakan kegiatan tersebut sudah dimulai sejak Kamis (9/6) di titik nol perbatasan di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong dan akan berpindah pada beberapa lokasi. Kegiatan melibatkan remaja Masjid Al Muhajirin dan PT WIjaya Karya dan berlanjut hingga sebulan penuh dan berlanjut hingga Syawal atau Idul Fitri 1437 Hijriah.
Kegiatan menunggu berbuka puasa, dengan menggunakan sebutan "ngabuburit" yang mengambil istilah dari bahasa Sunda. Hal itu sengaja dilakukan karena sebutan itu sudah dikenal luas di masyarakat Indonesia, termasuk di kawasan perbatasan.
"Yang menjadi dasar kegiatan ini keprihatinan kami terhadap kekerasan seksual terhadap anak. Karena itulah di momen ngabuburit ini kami merangkul anak-anak muda di perbatasan untuk mempergunakan waktunya dalam kegiatan positif," kata Wahyu yang juga PNS pada Kantor Camat Entikong.
Selain itu, tujuan kegiatan juga untuk memperdalam ilmu pengetahuan di luar sekolah, menggalang kepedulian terhadap masyarakat yang kurang mampu, mensosialisasikan program Bupati Sanggau, "Seven brand image" dan "Beraump bekudongk", mensosialisasikan program instansi yang ada di Entikong, dan menghadirkan wujud nyata negara di perbatasan.
"Dalam kegiatan itu kami juga menyisipkan pendidikan moral. Serta program pemerintah dari instansi yang bergabung dalam kegiatan `Ngabuburit on the Road`," katanya.
Pihak sponsor dari PT Wijaya Karya, memberikan sejumlah hadiah kepada anak-anak yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Selain ini, panitia juga mengadakan bazar sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako) dalam negeri, seperti gula dan beras. Gula pasir dijual Rp12.500 per kilogram sedangkan beras Rp7.900 per kilogram.
"Harga gulanya memang masih tinggi, tapi kita lihat nanti hasilnya (yang laku terjual,red)," katanya.
(N005/)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Kami sengaja mengadakan kegiatan `Ngabuburit on the Road`, untuk kepentingan anak muda di perbatasan ini, agar mengisi kegiatan positif sambil menunggu waktu berbuka puasa," kata pengelola juru bicara panitia Wahyu Widayanti, saat dihubungi di Entikong, perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Sanggau, Jumat.
Dia mengatakan kegiatan tersebut sudah dimulai sejak Kamis (9/6) di titik nol perbatasan di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong dan akan berpindah pada beberapa lokasi. Kegiatan melibatkan remaja Masjid Al Muhajirin dan PT WIjaya Karya dan berlanjut hingga sebulan penuh dan berlanjut hingga Syawal atau Idul Fitri 1437 Hijriah.
Kegiatan menunggu berbuka puasa, dengan menggunakan sebutan "ngabuburit" yang mengambil istilah dari bahasa Sunda. Hal itu sengaja dilakukan karena sebutan itu sudah dikenal luas di masyarakat Indonesia, termasuk di kawasan perbatasan.
"Yang menjadi dasar kegiatan ini keprihatinan kami terhadap kekerasan seksual terhadap anak. Karena itulah di momen ngabuburit ini kami merangkul anak-anak muda di perbatasan untuk mempergunakan waktunya dalam kegiatan positif," kata Wahyu yang juga PNS pada Kantor Camat Entikong.
Selain itu, tujuan kegiatan juga untuk memperdalam ilmu pengetahuan di luar sekolah, menggalang kepedulian terhadap masyarakat yang kurang mampu, mensosialisasikan program Bupati Sanggau, "Seven brand image" dan "Beraump bekudongk", mensosialisasikan program instansi yang ada di Entikong, dan menghadirkan wujud nyata negara di perbatasan.
"Dalam kegiatan itu kami juga menyisipkan pendidikan moral. Serta program pemerintah dari instansi yang bergabung dalam kegiatan `Ngabuburit on the Road`," katanya.
Pihak sponsor dari PT Wijaya Karya, memberikan sejumlah hadiah kepada anak-anak yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Selain ini, panitia juga mengadakan bazar sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako) dalam negeri, seperti gula dan beras. Gula pasir dijual Rp12.500 per kilogram sedangkan beras Rp7.900 per kilogram.
"Harga gulanya memang masih tinggi, tapi kita lihat nanti hasilnya (yang laku terjual,red)," katanya.
(N005/)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016