Sydney (Antara Kalbar) - Pada satu pagi yang dingin, warga Australia Alex Hemmer keluar dari rumahnya di Western Sydney, bukan dengan kegelisahan, tapi dengan harapan ia akan membawa kegembiraan dan cahaya buat orang lain di dunia yang dirundung kelaparan.

"Halo, selamat pagi, ini adalah Alex Dari OzHarvest," kata Hemmer kepada calon donor saat ia berkendaraan untuk menunaikan pertolongan pangan pertamanya pada pagi hari musim dingin, yang lembab.

Hemmer adalah seorang petugas pertolongan pangan buat lembaga amal Australia, OzHarvest. OzHarvest bertindak sebagai perantara, dengan mengumpulkan dan mengirim makanan sumbangan dari lebih 2.000 kafetaria, pabrik roti dan ;pasar swalayan buat lebih dari 800 badan amal di seluruh Australia yang membantu negara yang paling memerlukan.

"Saya tidak memiliki apa pun buat anda, ma'af," kata seorang perempuan di saluran telepon.

"Tak ada apa-apa hari ini? Tak usah khawatir, kami akan menemui anda pekan depan," demikian jawaban Hemmer saat ia terus mengemudi menuju jalurnya melalui pinggiran Sydney.

ozHarvest dan 29 mobil van di seluruh Australia menjalani misi bersama Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) untuk memerangi limbah pangan sementara kelaparan masih menjadi tantangan pembangunan yang paling mendesak yang dihadapi dunia.

FAO memperkirakan 1,3 miliar ton makanan, atau sepertiga dari produksi pangan global, dibuang-buang atau hilang setiap tahun, tapi memperoleh hanya separuhnya.

Orang Australia sendiri membuang makanan dengan nilai sebanyak 10 miliar dolar Australia (7,49 miliar dolar AS) setiap tahun, tapi orang yang tidak beruntung di negeri tersebut masih kelaparan.

"Cukup makanan diproduksi di Australia untuk memberi makan 60 juta orang, tapi pada saat yang sama dua juta orang bergantung pada bantuan pangan," kata Kepala Pemasaran OzHarvest, Louise Tran. "Statistik itu tidak benar-benar bertambah."

Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016