Pontianak (Antara Kalbar) - Sebanyak 17 anak dari Swaziland, Afrika, menampilkan kemampuan mereka menguasai ilmu bela diri kungfu dihadapan sekitar seribu pengunjung di Pontianak, Selasa (2/8) malam.

"Mereka merupakan anak yatim dengan usia kisaran 8 hingga 15 tahun. Pertunjukan ini kita gelar sejak 24 Juli hingga 7 Agustus 2016 yang dilaksanakan di empat negara diantaranya Malaysia, Brunei, Thailand dan Indonesia," ujar Koordinator Pelaksana Perjalanan Syukur 2016, Sandi di Pontianak, Rabu.

Pertunjukan tersebut merupakan roadshow Amitofo Car Center (ACC) ke Asia Tenggara. Pontianak termasuk dalam satu diantara enam kota yang dipilih di Indonesia untuk pertunjukan yang bertemakan Perjalanan Syukur 2016.
   
Sandi mengatakan, pertunjukan yang bertujuan untuk menebar benih- benih cinta ini memperlihatkan dan mengabarkan kepada warga Pontianak bahwa anak Afrika meskipun memiliki keterbatasan fasilitas masih mampu berbuat yang baik bagi diri mereka dan orang lain.

"Diantara mereka ada yang tidak memiliki orang tua, tidak memiliki tempat tinggal dan dipastikan di sana untuk makan sulit. Melalui ACC mereka dibina dan diayomi sebagaimana hak mereka juga seperti anak- anak lainnya di dunia," tuturnya.

Yayasan ACC sendiri berdiri sejak tahun 2004 oleh Master Hui Li. Latar belakang pendiriannya setelah Master Hui Li melakukan perjalanan ke Afrika pada tahun 1992. Di sana ia menyaksikan lansung penderitaan anak- anak yang menderita AIDS dan kemiskinan.

Sejak itu ia berjanji mendedikasikan hidupnya untuk masyarakat Afrika melalui Buddha Dharma yaitu bersumpah untuk dikuburkan di Afrika dam dilahirkan kembali sebagai penduduk Afrika sebanyak lima kali kelahiran dengan rencana penyebaran ajaran selama 300 tahun.

"Sekarang anak di panti asuh ACC di Afrika sudah ada 8000-an orang. Mereka diasuh dan diberi pendidikan dan kesehatan yang baik termasuk di dalamnya ada seni bela diri kungfu shoalin. Adanya bela diri kungfu dimaksudkan oleh Master Hui Li agar anak- anak tumbuh sehat sebab di sana penyakit banyak," katanya.

Untuk pembangunan dan pembiayaan hidup anak - anak, ungkap Sandi bersumber dari donatur. Satu diantara program untuk membantu mereka adalah dengan mencarikan orang tua asuh yang dibebankan kepada donatur untuk membiayai hidup mereka selama satu tahun.

"Saat ini sudah beberapa anak yang mampu tembus ke sejumlah perguruan tinggi ternama di Taiwan untuk mengenyam pendidikan. Anak - anak mayoritas sudah paham dan dalam kesehariaannya bisa menggunakan bahasa Mandarin. Kami mengajak kepada semua yang peduli mari kita menjadi orang tua asuh dengan demikian kita telah menyelamatkan mereka," kata dia.

Sementara itu untuk kepanitiaan lokal di Pontianak, ada Ehipassiko Family Club Pontianak yang merupakan mitra ACC untuk kegiatan Perjalanan Syukur 2016 yang diketuai Agus Tjandra.

Agus mengatakan, adapun terselenggaranya kegiatan tidak terlepas dari dukungan semua pihak dan apa yang dilaksanakan tersebut untuk memberikan sebuah pelajaran kepada penonton.

"Latar belakang kegiatan ini yang paling kuat menurut kita adalah bagaimana kita tahu untuk saling berbagi. Terpenting lagi dari berbagai pertunjukan yang menakjubkan dan kemampuanya dalam berbahasa dari anak - anak tersebut memberikan pelajaran bahwa mereka di tengah keterbatasan ternyata masih bisa mampu lebih baik. Kita tidak pungkiri anak sekarang kan manja dan fasilitas lengkap. Jadi ini pelajaran kepada kita," kata dia.

Anggota DPRD Kota Pontianak Yandi turut hadir dan kesempatan itu. Ia mengapresiasi langkah dari ACC dan Ehipassiko Family Club Pontianak memberikan sebuah acara bukan hanya menghibur namum memberikan sebuah pelajaran hidup dan arti bahwa kita harus bersyukur.

"Poin penting menurut saya adalah bagaimana mereka yang terbatas oleh berbagai hal kok bisa berprestasi dan mampu menguasai bahasa dan memiliki skill selain kungfu juga bernyanyi dan menari. Coba kita bandingkan dengan kita, kita terlalu banyak mengeluh dengan keadaan negara kita padahal mereka jauh lebih dari kita. Di sini kita masih makan dan mudah dalam beberapa hal. Sedangkan di sana untuk makan sangat sulit," terang Yandi.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016