Pontianak (Antara Kalbar) - Pemerintah Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, mengakui menghadapi status darurat rabies karena sudah enam kecamatan di daerah tersebut terindikasi adanya penularan rabies pada manusia akibat gigitan anjing, sementara stok vaksin rabies untuk manusia semakin menipis.
"Kita mengalami keterbatasan vaksin, sulit mendeteksi dan menangani rabies. Sudah ada enam kecamatan ditetapkan garis merah rabies yakni Sintang, Dedai, Sungai Tebelian, Tempunak, Sepauk dan Kelam Permai. Saya minta RSUD AM Djoen mengutamakan penanganan pasien terindikasi rabies, jangan tanya soal administrasi dan biaya dulu, tapi langsung tangani," kata Wakil Bupati Sintang, Askiman, dalam siaran pers yang diterima Antara di Pontianak, Selasa.
Saat memimpin rapat penanggulangan rabies di daerah tersebut Senin (15/8), wakil bupati meminta aparat sipil setempat bergerak cepat guna menanggulangi semakin meningkatnya penyebaran penyakit akibat gigitan anjing itu.
"Kita susun jadwal ke lapangan untuk memvaksin anjing di enam kecamatan, jika vaksin kita lebih baru akan vaksin anjing di delapan kecamatan lain. Anjing yang terindikasi rabies dan berkeliaran tanpa kalung akan langsung dieliminasi," katanya mengingatkan.
Ia mengatakan, pemusnahan anjing terindikasi rabies akan menggunakan senjata dan jarak jauh. Sementara warga yang tergigit akan divaksin gratis dari Pemkab Sintang.
"Kita akan mengambil langkah mencari tambahan stok vaksin serta mengambil langkah-langkah di lapangan. Ini kondisi gawat darurat rabies. Kita harus serius," katanya lagi.
Di Empaci pada Jumat pekan lalu, terjadi kasus gigitan anjing terhadap lima warga. "Jangan sampai masyarakat sayang pada anjing tetapi yang meninggal karena rabies terus bertambah," katanya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Sintang, Harisinto Linoh menjelaskan virus rabies akan menyebar lewat darah dan langsung menyerang otak manusia. Data Dinas Kesehatan setempat per minggu ke-32 tahun 2016 menunjukkan warga yang meninggal karena rabies, berasal dari Desa Emparu Dedai, Merarai, Sungai Tebelian, Tempunak Kapuas Kecamatan Tempunak, dan Desa Gernis Sepauk.
"Sudah terjadi 246 kasus gigitan dengan empat meninggal. Kondisi saat ini hanya Kota Pontianak, Kayong Utara dan Kubu Raya yang belum menetapkan KLB Rabies," katanya.
Menurut dia, Sintang satu-satunya kabupaten yang punya vaksin anti rabies untuk manusia. Sementara kabupaten lain dalam keadaan kosong stok.
Pihaknya sudah diminta Dinas Kesehatan Kalbar untuk meminjamkan vaksin kepada kabupaten lain.
"Stok vaksin terakhir kita tinggal 7 vial. Satu pasien yang kena gigit anjing butuh 4 kali suntikan. saat ini harga vaksin untuk manusia adalah 217.000 satu vial. Masyarakat di enam kecamatan memang panik karena setiap yang digigit anjing selalu minta suntik vaksin padahal belum tentu anjing yang menggigit merupakan anjing rabies," katanya menjelaskan.
Vaksin yang ada akan expired pada Desember 2016, artinya untuk 2017 akan mengalami kekosongan stok.
"Kami sudah cari vaksin yang expired pada 2017 atau 2018, tetapi tidak ada terang," kata Harisinto Linoh.
(T.N005/Y008)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Kita mengalami keterbatasan vaksin, sulit mendeteksi dan menangani rabies. Sudah ada enam kecamatan ditetapkan garis merah rabies yakni Sintang, Dedai, Sungai Tebelian, Tempunak, Sepauk dan Kelam Permai. Saya minta RSUD AM Djoen mengutamakan penanganan pasien terindikasi rabies, jangan tanya soal administrasi dan biaya dulu, tapi langsung tangani," kata Wakil Bupati Sintang, Askiman, dalam siaran pers yang diterima Antara di Pontianak, Selasa.
Saat memimpin rapat penanggulangan rabies di daerah tersebut Senin (15/8), wakil bupati meminta aparat sipil setempat bergerak cepat guna menanggulangi semakin meningkatnya penyebaran penyakit akibat gigitan anjing itu.
"Kita susun jadwal ke lapangan untuk memvaksin anjing di enam kecamatan, jika vaksin kita lebih baru akan vaksin anjing di delapan kecamatan lain. Anjing yang terindikasi rabies dan berkeliaran tanpa kalung akan langsung dieliminasi," katanya mengingatkan.
Ia mengatakan, pemusnahan anjing terindikasi rabies akan menggunakan senjata dan jarak jauh. Sementara warga yang tergigit akan divaksin gratis dari Pemkab Sintang.
"Kita akan mengambil langkah mencari tambahan stok vaksin serta mengambil langkah-langkah di lapangan. Ini kondisi gawat darurat rabies. Kita harus serius," katanya lagi.
Di Empaci pada Jumat pekan lalu, terjadi kasus gigitan anjing terhadap lima warga. "Jangan sampai masyarakat sayang pada anjing tetapi yang meninggal karena rabies terus bertambah," katanya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Sintang, Harisinto Linoh menjelaskan virus rabies akan menyebar lewat darah dan langsung menyerang otak manusia. Data Dinas Kesehatan setempat per minggu ke-32 tahun 2016 menunjukkan warga yang meninggal karena rabies, berasal dari Desa Emparu Dedai, Merarai, Sungai Tebelian, Tempunak Kapuas Kecamatan Tempunak, dan Desa Gernis Sepauk.
"Sudah terjadi 246 kasus gigitan dengan empat meninggal. Kondisi saat ini hanya Kota Pontianak, Kayong Utara dan Kubu Raya yang belum menetapkan KLB Rabies," katanya.
Menurut dia, Sintang satu-satunya kabupaten yang punya vaksin anti rabies untuk manusia. Sementara kabupaten lain dalam keadaan kosong stok.
Pihaknya sudah diminta Dinas Kesehatan Kalbar untuk meminjamkan vaksin kepada kabupaten lain.
"Stok vaksin terakhir kita tinggal 7 vial. Satu pasien yang kena gigit anjing butuh 4 kali suntikan. saat ini harga vaksin untuk manusia adalah 217.000 satu vial. Masyarakat di enam kecamatan memang panik karena setiap yang digigit anjing selalu minta suntik vaksin padahal belum tentu anjing yang menggigit merupakan anjing rabies," katanya menjelaskan.
Vaksin yang ada akan expired pada Desember 2016, artinya untuk 2017 akan mengalami kekosongan stok.
"Kami sudah cari vaksin yang expired pada 2017 atau 2018, tetapi tidak ada terang," kata Harisinto Linoh.
(T.N005/Y008)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016