Pontianak (Antara Kalbar) - Pemerintah Kota Pontianak melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat menggelar Festival Saprahan sebagai rangkaian dari peringatan Hari Jadi Kota Pontianak tahun 2016.

    Wali Kota Pontianak, Sutarmidji di Pontianak, Kamis, mengatakan, Festival Saprahan itu digelar untuk tingkat SMA/sederajat di Kota Pontianak dalam rangka melestarikan kebudayaan Melayu Pontianak.

    "Mulai tahun ini Festival Saprahan tingkat SMA/sederajat menjadi agenda rutin tahunan dalam memperingati Hari Jadi Kota Pontianak," ungkapnya.

    Ia menjelaskan, dalam mengikuti lomba saprahan ini tidak hanya sekadar melihatnya dari sisi kompetisi antara peserta, tetapi bagaimana siswa bisa melestarikan pakaian adat, menjaga adat istiadat, mengenal makanan tradisional, mengetahui cara menyajikan makanan dan memaknai filosofi yang terkandung di dalam saprahan.

    "Banyak filosofi yang terkandung dalam budaya saprahan. Misalnya saling menghormati, kebersamaan, keramahtamahan dan lain sebagainya. Filosofi-filosofi itu sangat baik untuk membentuk karakter mereka," kata Sutarmidji.

    Kepala Disbudpar Kota Pontianak, Hilfira Hamid menyatakan, walaupun pertama kalinya digelarnya Festival Saprahan tingkat pelajar tetapi antusias mereka lumayan bagus, buktinya pesertanya ada 15 kelompok atau tim.

   Maraknya makanan-makanan fast food maupun makanan dari negara asing yang mulai merambah di kalangan remaja, perlu disikapi dengan mengenalkan makanan-makanan tradisional beserta budaya Melayu termasuk cara menyajikan makanannya.

    "Melalui festival ini para pelajar diharapkan memahami budaya saprahan. Jangan sampai makanan-makanan tradisional kita tergerus oleh makanan asing yang datang dari luar," ujarnya.

    Untuk kriteria penilaian, diantaranya menu makanan, cara penyajiannya mencakup kekompakkannya, kerapian, benar atau tidaknya menata sajian.

    Dia berharap, ke depan budaya saprahan bisa menjadi daya tarik wisata dan memikat wisatawan luar untuk berkunjung ke Pontianak.

    Saprahan dalam adat istiadat Melayu berasal dari kata "saprah" yang artinya berhampar, yakni budaya makan bersama dengan cara duduk lesehan atau bersila di atas lantai secara berkelompok yang terdiri dari enam orang dalam satu kelompoknya.

    Dalam saprahan, semua hidangan makanan disusun secara teratur di atas kain saprah. Sedangkan peralatan dan perlengkapannya mencakup kain saprahan, piring makan, kobokan beserta serbet, mangkok nasi, mangkok lauk pauk, sendok nasi dan lauk serta gelas minuman.

    Untuk menu hidangan diantaranya, nasi putih atau nasi kebuli, semur daging, sayur dalca, sayur paceri nanas/terong, selada, acar telur, sambal bawang dan sebagainya. Kemudian untuk minuman yang disajikan adalah air serbat berwarna merah.

Pewarta: Andilala

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016