Moskow (Antara Kalbar) - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey
Lavrov pada Sabtu mengatakan Amerika Serikat telah meminta ma'af kepada
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengenai serangan udara terhadap tentara
Pemerintah Suriah.
"Ya, mereka telah meminta ma'af," kata Lavrov dalam wawancara dnegan stasiun televisi Rusia, Rossiya 1, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu malam.
Ketika mengomentari pemulihan gencatan senjata di negara Arab yang dicabik perang tersebut, Lavrov mengatakan itu hanya mungkin dicapai dengan dasar kolektif, yang memerlukan kerja sama tulus dari Washington untuk memisahkan apa yang disebut oposisi moderat dari kelompok teror.
Pada 17 September, serangan koalisi pimpinan AS menewaskan lebih dari 60 prajurit Pemerintah Suriah dan melukai sebanyak 100 prajurit lagi di Provinsi Deir Az-Zour di Suriah Timur, sehingga memicu protes keras dari Moskow, yang menuduh Washington melanggar kesepakatan gencatan senjata di Suriah.
Pada 10 September, Lavrov dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengumumkan gencatan senjata di seluruh Suriah, yang menuntut semua pihak yang berperang menghentikan serangan dan serangan udara, serta memberi akses ke daerah yang terkepung, termasuk Aleppo.
Namun, gencatan senjata tersebut telah berjalan selama beberapa jam pertama setelah kesepakatan gencatan senjata berakhir pada Senin (19/9).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Ya, mereka telah meminta ma'af," kata Lavrov dalam wawancara dnegan stasiun televisi Rusia, Rossiya 1, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu malam.
Ketika mengomentari pemulihan gencatan senjata di negara Arab yang dicabik perang tersebut, Lavrov mengatakan itu hanya mungkin dicapai dengan dasar kolektif, yang memerlukan kerja sama tulus dari Washington untuk memisahkan apa yang disebut oposisi moderat dari kelompok teror.
Pada 17 September, serangan koalisi pimpinan AS menewaskan lebih dari 60 prajurit Pemerintah Suriah dan melukai sebanyak 100 prajurit lagi di Provinsi Deir Az-Zour di Suriah Timur, sehingga memicu protes keras dari Moskow, yang menuduh Washington melanggar kesepakatan gencatan senjata di Suriah.
Pada 10 September, Lavrov dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengumumkan gencatan senjata di seluruh Suriah, yang menuntut semua pihak yang berperang menghentikan serangan dan serangan udara, serta memberi akses ke daerah yang terkepung, termasuk Aleppo.
Namun, gencatan senjata tersebut telah berjalan selama beberapa jam pertama setelah kesepakatan gencatan senjata berakhir pada Senin (19/9).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016