Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalimantan Barat, T.T.A Nyarong meminta kepada pemerintah kabupaten/kota yang ada di provinsi itu untuk lebih mandiri dalam mengatasi masalah banjir yang terjadi setiap tahunnya.
"Karena musibah banjir ini sudah terjadi setiap tahun, diharapkan kepada daerah yang menjadi langganan banjir untuk bisa mempersiapkan anggarannya dengan baik. Jangan terlalu mengharapkan bantuan dari pemerintah provinsi atau pusat," kata Nyarong di Pontianak, Sabtu.
Menurutnya, kemandirian kabupaten/kota dalam menangani banjir, jelas sangat penting, karena kalau mengajukan anggaran dari pemerintah provinsi atau pusat, jelas memerlukan proses sehingga lebih efektif jika menggunakan anggaran sendiri.
"Kalau benar-benar tidak mampu, baru meminta bantuan provinsi atau pusat," tuturnya.
Dia mencontohkan, jika ada daerah yang terjadi bencana banjir, dan meminta bantuan kepada provinsi atau pusat, sementara bantuan yang diminta adalah mie instan, makanan instan, Popok, Obat-obatan dan lainnya, jelas hanya akan memakan biaya angkut.
"Contoh, jika terjadi banjir di yang cukup jauh dari provinsi sementara bantuan yang diminta seperti yang tadi saya sebutkan, maka lebih besar biaya distribusi dari pada barangnya dan ini sangat tidak ekonomis. Lagi pula, jelas sangat lucu kalau APBD kota/kabupaten tidak bisa membeli barang-barang itu," katanya.
Dari kondisi yang ada setiap tahunnya, seluruh daerah di Kalbar berpotensi terjadinya banjir. Dan yang paling rawan adalah Landak, Singkawang, Bengkayang, Sanggau dan beberapa daerah lainnya.
"Daerah yang kita kategorikan rawan banjir ini adalah kejadian banjir yang telah menimbulkan korban jiwa. Seperti di Landak, beberapa daerah pernah terjadi korban jiwa, diantaranya Menjalin dan Darit. Kemudian pernah juga ada korban jiwa akibat banjir di kabupaten Sanggau," tuturnya.
Nyarong juga menambahkan, jika ada daerah yang mengalami banjir dan menggenangi pemukiman warga diharapkan untuk segera memindahkan warganya ke daerah yang lebih tinggi, untuk mencegah adanya korban.
"Hal ini harus cepat dilakukan, terutama untuk daerah yang rawan banjir. Jangan menunggu air tinggi, baru dilakukan evakuasi," katanya.
(U.KR-RDO/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Karena musibah banjir ini sudah terjadi setiap tahun, diharapkan kepada daerah yang menjadi langganan banjir untuk bisa mempersiapkan anggarannya dengan baik. Jangan terlalu mengharapkan bantuan dari pemerintah provinsi atau pusat," kata Nyarong di Pontianak, Sabtu.
Menurutnya, kemandirian kabupaten/kota dalam menangani banjir, jelas sangat penting, karena kalau mengajukan anggaran dari pemerintah provinsi atau pusat, jelas memerlukan proses sehingga lebih efektif jika menggunakan anggaran sendiri.
"Kalau benar-benar tidak mampu, baru meminta bantuan provinsi atau pusat," tuturnya.
Dia mencontohkan, jika ada daerah yang terjadi bencana banjir, dan meminta bantuan kepada provinsi atau pusat, sementara bantuan yang diminta adalah mie instan, makanan instan, Popok, Obat-obatan dan lainnya, jelas hanya akan memakan biaya angkut.
"Contoh, jika terjadi banjir di yang cukup jauh dari provinsi sementara bantuan yang diminta seperti yang tadi saya sebutkan, maka lebih besar biaya distribusi dari pada barangnya dan ini sangat tidak ekonomis. Lagi pula, jelas sangat lucu kalau APBD kota/kabupaten tidak bisa membeli barang-barang itu," katanya.
Dari kondisi yang ada setiap tahunnya, seluruh daerah di Kalbar berpotensi terjadinya banjir. Dan yang paling rawan adalah Landak, Singkawang, Bengkayang, Sanggau dan beberapa daerah lainnya.
"Daerah yang kita kategorikan rawan banjir ini adalah kejadian banjir yang telah menimbulkan korban jiwa. Seperti di Landak, beberapa daerah pernah terjadi korban jiwa, diantaranya Menjalin dan Darit. Kemudian pernah juga ada korban jiwa akibat banjir di kabupaten Sanggau," tuturnya.
Nyarong juga menambahkan, jika ada daerah yang mengalami banjir dan menggenangi pemukiman warga diharapkan untuk segera memindahkan warganya ke daerah yang lebih tinggi, untuk mencegah adanya korban.
"Hal ini harus cepat dilakukan, terutama untuk daerah yang rawan banjir. Jangan menunggu air tinggi, baru dilakukan evakuasi," katanya.
(U.KR-RDO/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016