Pontianak (Antara Kalbar) - PLN Wilayah Kalbar terus gencar melakukan sosialisasi guna mencegah permainan layang - layang menggunakan tali kawat salah satunya dengan melibatkan sejumlah bengkel yang ada di Kota Pontianak.

Manajer APDP PLN Kalbar Ricky Cahya Andrian di Pontianak, Senin menuturkan, kawat dari rem atau kopling sepeda dan sepeda motor kerap digunakan pemain layangan.

Saat layang - layang ada yang putus tidak jarang tersangkut di sejumlah jaringan tranmisi atau gardu induk sehingga membuat PLN harus melakukan pemadaman secara tiba -tiba.

Ricky menambahkan, sosialisasi penyalahgunaan rem atau kopling ke sejumlah bengkel merupakan upaya untuk memutus mata rantai peredaran kawat rem atau kopling kendaraan bermotor dan sepeda tersebut yang kerap disalahgunakan oleh pemain layang-layang.

"Kami mensinyalir masih banyak bengkel yang menjual kawat rem atau kopling kepada pemain layang-layang. Kami tidak menghalangi mereka untuk berdagang, hanya mungkin perlu diberikan pemahaman agar penjualan kawat kopling atau rem tersebut harus sesuai dengan peruntukannya. Jika tidak akan berdampak buruk bagi keselamatan warga dan mengganggu jaringan listrik," jelas Ricky.

Lebih lanjut dijelaskannya, saat ini sekitar 22 bengkel sepeda dan kendaraan bermotor yang telah dikunjungi petugas. Tanggapan pemilik bengkel pun beragam, beberapa ada yang menolak sosialisasi yang dilakukan, namun sebagian besar mendukung.

"PLN akan terus berusaha menekan gangguan listrik akibat layang-layang. Segala cara akan kami lakukan termasuk memutus mata rantai peredaran kawat layang-layang melalui kerja sama dengan pemilik bengkel yang disinyalir memasok kawat layang-layang. Semoga upaya kami dapat membuahkan hasil dalam menekan jumlah gangguan listrik akibat layang-layang," harapnya.

Satu di antara seorang pemilik bengkel di bilangan Jalan Panglima Aim, Atong (30) mengaku kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan oleh PLN sangat bermanfaat.

Menurutnya selama ini banyak bengkel yang tidak mengetahui bahwa kawat kopling dan rem yang dijual sering disalahgunakan oleh pemain layang-layang karena harganya yang relatif murah, antara Rp5 ribu hingga Rp20 per gulung.

"Sekarang kami telah paham dampak buruk disalahgunakannya kawat kopling atau rem. Ke depannya kami akan jual jika yang bersangkutan membawa kendaraannya untuk diganti tali rem maupun kopling," kata Atong.

Berbeda dengan Atong, pemilik bengkel sepeda di Desa Kapur, Pak Man (50) sudah lama tidak mau menjual kawat rem atau kopling kepada sembarang pembeli, sebab menurutnya banyak kejadian buruk yang terjadi karena kawat layang-layang.

"Beberapa waktu yang lalu ada keluarga saya yang menjadi korban akibat lehernya tersangkut kawat layang-layang, makanya saya sangat antipati dengan pemain layang-layang terutama yang menggunakan talu kawat," tegas Pak Man geram.

Sementara itu, terkait masih tingginya gangguan listrik akibat kawat layang-layang membuat warga semakin kesal. Kekesalan itu karena dalam beberapa hari ini terjadi pemadaman secara tiba- tiba.

"Hampir setiap sore hingga menjelang Maghrib lampu hidup dan mati," ungkap Angga (30) warga Parit Mayor, Kecamatan Pontianak Timur.

Angga juga menjelaskan bahwa di daerah Parit Mayor, Tanjung Hulu, Tanjung Raya dan Desa Kapur merupakan sentra pemain layang-layang.

"Maka tidak mengherankan jika setiap sore listrik byar pet selalu terjadi. Listrik byar pet kerap menjadi keluhan warga. Layanan PLN dianggap tidak maksimal," kata dia.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017