Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat, Pitono menjelaskan pada Februari 2017, Kota Pontianak khususnya untuk kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan termasuk di dalamnya angkutan udara, mengalami deflasi sebesar 0,0305.
"Hal itu jauh berbeda dengan tahun sebelumnya di mana Februari yang di dalamnya ada perayaan hari besar seperti Imlek dan Cap Go Meh selalu dipastikan inflasi karena tingginya harga tiket angkutan udara," katanya di Pontianak, Kamis.
Dia mengatakan, sudah menjadi pola tahunan bahwa setiap hari besar keagamaan inflasi pasti terjadi dari kelompok transportasi termasuk untuk harga tiket angkutan udara. "Namun pada tahun ini pola tersebut berubah dan justru sebaliknya di mana harga sudah stabil dan tidak melonjak naik," ujarnya.
Pitono menjelaskan stabilnya harga biaya angkutan udara atau tiket pesawat karena didorong oleh rute dari Pontianak keluar Pontianak atau sebaliknya sudah bertambah terus. Selain itu untuk tujuan tertentu frekuensi jam terbang dari beberapa maskapai terus bertambah juga.
"Dengan sudah banyaknya frekuensi terbang pesawat tentu permintaan bisa diatasi. Sebelumnya permintaan tinggi namun ketersediaan kursi dan frekuensi rendah itu yang mendorong harga naik dan mendorong inflasi. Dengan banyaknya rute baru juga maka tidak adanya transit sehingga harga jauh lebih murah," kata dia.
Ia menambahkan deflasi di Pontianak terjadi juga didorong oleh tingkat kunjungan orang luar Kalbar untuk menyaksikan perayaan Cap Go Meh di Singkawang tidak seperti tahun sebelumnya. Hal itu karena tahun ini di daerah tersebut melakukan Pilkada.
"Faktor Pilkada bisa saja menjadi turunnya kunjungan untuk berwisata di Singkawang menyaksikan Cap Go Meh. Pengunjung berkurang dan ketersediaan frekuensi pesawat meningkat sehingga harga tentu stabil karena permintaan tidak terlalu tinggi," kata dia.
Ke depan kata Pitono yang berkaitan angkutan udara yang mendorong inflasi di setiap hari besar keagamaan sebenarnya bisa dikendalikan. Langkah tersebut menurutnya dengan regulasi pemerintah dengan melihat permasalahan yang ada.
"Kelompok pangan yang berkaitan dengan pengaruh cuaca itu yang agak sedikit sulit dikendalikan inflasinya seperti cabai, bawang dan lainnya. Namun jika memiliki strategi juga bisa," kata dia.
Sementara itu, meskipun di kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan terjadi deflasi, namun secara umum Kota Pontianak pada Februari masih terjadi inflasi dan tingkat inflasi tersebut tertinggi di Kalimantan yakni sebesar 0,36 persen.
(U.KR-DDI/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
"Hal itu jauh berbeda dengan tahun sebelumnya di mana Februari yang di dalamnya ada perayaan hari besar seperti Imlek dan Cap Go Meh selalu dipastikan inflasi karena tingginya harga tiket angkutan udara," katanya di Pontianak, Kamis.
Dia mengatakan, sudah menjadi pola tahunan bahwa setiap hari besar keagamaan inflasi pasti terjadi dari kelompok transportasi termasuk untuk harga tiket angkutan udara. "Namun pada tahun ini pola tersebut berubah dan justru sebaliknya di mana harga sudah stabil dan tidak melonjak naik," ujarnya.
Pitono menjelaskan stabilnya harga biaya angkutan udara atau tiket pesawat karena didorong oleh rute dari Pontianak keluar Pontianak atau sebaliknya sudah bertambah terus. Selain itu untuk tujuan tertentu frekuensi jam terbang dari beberapa maskapai terus bertambah juga.
"Dengan sudah banyaknya frekuensi terbang pesawat tentu permintaan bisa diatasi. Sebelumnya permintaan tinggi namun ketersediaan kursi dan frekuensi rendah itu yang mendorong harga naik dan mendorong inflasi. Dengan banyaknya rute baru juga maka tidak adanya transit sehingga harga jauh lebih murah," kata dia.
Ia menambahkan deflasi di Pontianak terjadi juga didorong oleh tingkat kunjungan orang luar Kalbar untuk menyaksikan perayaan Cap Go Meh di Singkawang tidak seperti tahun sebelumnya. Hal itu karena tahun ini di daerah tersebut melakukan Pilkada.
"Faktor Pilkada bisa saja menjadi turunnya kunjungan untuk berwisata di Singkawang menyaksikan Cap Go Meh. Pengunjung berkurang dan ketersediaan frekuensi pesawat meningkat sehingga harga tentu stabil karena permintaan tidak terlalu tinggi," kata dia.
Ke depan kata Pitono yang berkaitan angkutan udara yang mendorong inflasi di setiap hari besar keagamaan sebenarnya bisa dikendalikan. Langkah tersebut menurutnya dengan regulasi pemerintah dengan melihat permasalahan yang ada.
"Kelompok pangan yang berkaitan dengan pengaruh cuaca itu yang agak sedikit sulit dikendalikan inflasinya seperti cabai, bawang dan lainnya. Namun jika memiliki strategi juga bisa," kata dia.
Sementara itu, meskipun di kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan terjadi deflasi, namun secara umum Kota Pontianak pada Februari masih terjadi inflasi dan tingkat inflasi tersebut tertinggi di Kalimantan yakni sebesar 0,36 persen.
(U.KR-DDI/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017