Pontianak (Antara Kalbar) - PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW AR) menegaskan komitmennya dalam alih teknologi untuk pengoperasian mesin pengolahan dan pemurnian bauksit menjadi alumina terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara itu yang terletak di Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalbar.
    Menurut Public Relation PT menegWell Harvest Winning Alumina Refinery (WHW AR), Hen Roliya, dalam pengoperasian sebuah teknologi, dibutuhkan tangan-tangan profesional yang handal agar dapat berfungsi dan berjalan dengan baik.
    "Karena semakin orang mengetahui teknologi sebenarnya akan semakin takut dia terhadap bahaya teknologi tersebut," kata wanita yang akrab disapa Liya ini di Dusun Sungai Tengar, Desa Mekar Utama, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
    Untuk itu, lanjutnya, dalam mengoperasikan semua sistem produksi yang ada di PT WHW AR ini, para pekerja yang direkrut harus bisa menguasai teknologi. Dalam hal ini, PT WHW AR pun mendatangkan Tenaga Kerja Asing (TKA) ke Indonesia agar dapat melakukan transfer teknologi.
    Ia menjelaskan, dalam keterangan tertulis di Pontianak, dari 2800 an jumlah pegawai yang ada di WHW AR saat ini, hanya sekitar 9 persen yang merupakan tenaga kerja asing. "Mereka adalah tenaga ahli yang diperbantukan dari pemegang saham di Tiongkok untuk kebutuhan transfer teknologi," kata Liya.
    Pelaksanaan transfer teknologi WHW AR, menurut Liya, dilakukan dengan sangat sungguh-sungguh mengingat WHW AR merupakan pengolahan pemurnian Smelter Grade Alumina pertama dan terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara jadi belum ada yang menguasai teknologi ini.
    "Pada masa pra rekonstruksi, kami mengirim sekitar 124 tenaga lokal yang tergabung di program Management Trainee ke Tiongkok khusus untuk belajar mengenai teknologi ini. Kini, mereka yang awalnya tidak memiliki keterampilan sama sekali mengenai masalah teknologi kami tempatkan di bagian-bagian strategis dalam proses produksi kami," kata Liya.
   Hal ini dibuktikan dengan adanya Wakil Kepala Workshop atau Plant yang merupakan putra Kalimantan Barat serta Ketapang.
    Wakil Kepala Departemen Dekomposisi WHW AR, Mikael, menceritakan pengalamannya sebagai karyawan WHW AR yang beruntung bisa belajar tentang teknologi, khususnya tentang alumina ke Tiongkok. "Saya melihat pengumuman bahwa WHW sedang membuka lowongan kemudian saya mendaftar melalui Universita Tanjung Pura (Untan)," katanya.
    Lelaki asli Pontianak ini mengatakan, dia mengikuti semua tahapan untuk masuk ke WHW AR seperti seleksi berupa psikotest, tes tertulis, hingga wawancara. Selain itu, ia mendapat kesempatan belajar Bahasa Mandarin di Untan selama 4 bulan, mengikuti pelatihan fisik selama 5 hari, sebelum akhirnya belajar ke Tiongkok selama 6 bulan.
    "Sebelum berangkat sudah dibagi ke beberapa tim, saya masuk di tim alumina bagian Dekomposisi. Di sana saya belajar teknologi mesin dan dasar-dasar keselamatan. Saya sangat senang karena ini pertama kali saya ke luar negeri sambil belajar," kata Mikael.
    Menurutnya, dengan adanya transfer teknologi ini, WHW AR berusaha menyejahterakan karyawannya dalam berbagai hal. Apalagi, sampai saat ini transfer teknologi masih terus berjalan di berbagai  lini operasi produksi.
    "Saya percaya bahwa WHW akan bertumbuh semakin jauh lebih baik ke depannya seiring dengan pengembangan yang terus dilakukan di internal WHW," kata Mikael.
    Keberadaan WHW AR juga turut memperhatikan kondisi di sekitarnya seperti banyaknya masyarakat di Kalimantan Barat, yang ikut direkrut untuk menjadi karyawan. Warga asli di sekitar WHW AR juga turut menempati posisi strategis dalam mengambil keputusan.
    Salah satunya adalah Andi Umar, Wakil Kepala Departemen Raw Material yang berasal dari Ketapang. Andi sudah bergabung dengan WHW sejak tahun 2014, sebelum pabrik alumina beroperasi. Ia menceritakan saat itu dirinya masih ada di divisi kendaraan dan diberi kepercayaan untuk mengemban tugas lebih.
    "Saya masuk dari di bulan Januari tahun 2014. Saat itu masih di divisi kendaraan karena pabrik aluminanya belum beroperasi. Pabrik alumina ini adalah pabrik pertama di Ketapang," kata Andi Umar.
    Dikatakan, keberadaan WHW AR memberi dampak yang sangat positif bagi daerah sekitarnya. Misalnya saja banyak tenaga kerja terserap di WHW dan meningkatkan perekonomian penduduk di wilayah Kendawangan.
    Andi mengatakan, alumina merupakan hal baru yang tidak semua orang bisa belajar sendiri melalui teori sehingga harus ada praktek, dan sampai sekarang masih dalam tahapan transfer teknologi.
    Selain pekerja Indonesia yang dikirim ke Tiongkok untuk belajar teknologi, pekerja Tiongkok yang dimanfaatkan untuk transfer teknologi di Indonesia pun juga diajarkan mengenai budaya Indonesia. Tian, salah satu pekerja asal Tiongkok mengatakan, kedatangannya ke Indonesia dalam rangka untuk mengembangkan pengoperasian teknologi WHW AR sekaligus mengarahkan para pekerja Indonesia.
    "Kalau lagi di jam kerja, saya bertugas untuk memonitoring pengoperasian yang ada di sini dan pada waktu istirahat, biasanya saya belajar budaya Indonesia dari rekan-rekan pekerja Indonesia," kata Tian.
    WHW AR merupakan perusahaan join venture bentukan Harita Group melalui PT Cita Mineral Investindo Tbk dengan China Hongqiao Group Limited, Winning Investment (HK) Company Limited, Shandong Weiqiao Aluminum & Electricity Co. Ltd.PT Cita Mineral Investindo Tbk memiliki 30 persen kepemilikan saham. Sisanya dimiliki oleh China Hongqiao Group Limited sebesar 56 persen, Winning Investment (HK) Company Ltd sebesar 9 persen dan Shandong Weiqiao Aluminum & Electricity Co. Ltd sebesar 5 persen.


Pewarta:

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017