Pontianak (Antara Kalbar) - Stasiun Klimatologi BMKG Siantan menyatakan curah hujan yang terjadi di Kabupaten Kayong Utara sehingga memicu banjir merupakan yang tertinggi untuk periode Juni sejak tahun 1985.

"Intensitas curah hujan ini pada faktanya adalah curah hujan tertingggi pada bulan Juni sejak tahun 1985 hingga sekarang. Curah hujan ini juga tergolong curah hujan dengan intensitas sangat lebat," kata Kepala Staklim BMKG Siantan, Mempawah Wandayantolis saat dihubungi dari Pontianak, Senin.

Berdasarkan pandangan ilmiah, analisis Staklim BMKG Siantan, Mempawah menggunakan data curah hujan dan fenomena dinamika atmosfer yang terjadi. Curah hujan pada saat kejadian banjir di Kabupaten Kayong Utara, Jumat (2/6) yang dibandingkan dengan data histori berupa data curah hujan tertinggi pada bulan Juni sejak tahun 1985 hingga sekarang.

Pengamatan curah hujan dilakukan di pos-pos hujan kerja sama BMKG (Satsiun Klimatologi Mempawah) di sekitar wilayah kejadian banjir (Kecamatan Sukadana) yaitu pos hujan Sukadana, Teluk Melano dan Ketapang. Di Pos Hujan Sukadana, curah hujan yang terjadi pada tanggal sejak Kamis (1/6) sebesar 171 mm/hari.

Selain itu lanjut dia, curah hujan di pos hujan Teluk Melano yang terjadi pada Kamis (1/6) sebesar 140 mm/hari.

"Curah hujan tersebut menduduki peringkat ketiga tertinggi pada histori curah hujan tertinggi periode bulan Juni sejak tahun 1990 hingga sekarang," jelasnya.

Curah hujan di pos hujan Ketapang yang terjadi pada Kamis (1/6) menurut Wandayantolis sebesar 110 mm/hari. Curah hujan tersebut berada pada urutan curah hujan tertinggi keempat pada periode bulan Juni sejak tahun 1998.

Di ketiga pos hujan tersebut terjadi curah hujan dengan intensitas lebih besar 100 mm/hari yang tergolong curah hujan sangat lebat menurut BMKG. Kondisi ini dapat pula menimbulkan genangan hingga banjir, namun juga tergantung dari kondisi dan kapasitas wilayah kejadian curah hujan tersebut mengingat curah hujan bukan satu-satunya penyebab terjadinya genangan atau banjir.

"Tingginya curah hujan pada pos-pos hujan sekitar Sukadana dipengaruhi oleh kondisi dinamika atmosfer yang kian labil, yaitu pergerakan massa udara dari arah Tenggara yang membentuk suatu konvergensi atau gerakan mengumpul. Kondisi ini dikenal dengan aktivitas pengumpulan massa udara di suatu wilayah hingga menyebabkan pembentukan awan-awan hingga mempengaruhi peningkatan curah hujan," ungkap Wandayantolis.

Pihak BMKG Staklim Siantan, Mempawah menerangkan pada bulan Juni 2017 merupakan salah satu fase peralihan pergerakan massa udara yang awalnya massa udara dari Uutara ke Selatan, saat ini berbalik dari Selatan ke Utara.

"Kondisi peralihan ini memang kerap kali menjadi penyebab pergerakan massa udara yang memiliki karakter khusus, seperti konvergensi," pungkasnya.

Pewarta: Aries Zaldi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017