Pontianak (Antara Kalbar) - Wali Kota Pontianak, Sutarmidji mengajak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat agar lebih gencar memperkenalkan nama-nama pahlawan di kalangan pelajar.
"Saya berharap, ada suatu kemajuan yang membekas dalam tindakan untuk mengenang jasa-jasa pahlawan asal Kalbar, terutama mereka yang menjadi korban keganasan Jepang," kata Sutarmidji usai memimpin Upacara Bendera Mengenang Tragedi Mandor di Pontianak, Kamis.
Ia prihatin, masih banyak pelajar mulai tingkat SD, SMP dan SMA/sederajat yang mungkin tidak pernah mendengar nama-nama pahlawan Kalbar, atau kalaupun pernah mendengar, hanya segelintir nama.
"Untuk mengenang dan mengenalkan para pahlawan Kalbar di kalangan pelajar, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bisa saja memberi nama para pahlawan tersebut pada setiap kelas,� usulnya.
Selain itu, Dinas Sosial semestinya membuat prasasti yang memuat minimal nama-nama korban yang disebutkan dalam sejarah singkat Peristiwa Mandor di tempat-tempat umum, misalnya di Taman Alun-alun, Taman Digulis dan lainnya.
"Sekarang ini jangankan nama Pahlawan Kalbar, orang melihat Tugu Digulis kenapa bambu runcingnya ada 11 jumlahnya, atau kenapa namanya Digulis saja banyak yang tidak tahu," ungkapnya.
Hal ini, kata dia, karena masih banyak yang tidak mau belajar dan tidak mau membuat progress yang semakin baik untuk mengenang peristiwa berdarah itu.
"Saya berharap semuanya terus berbuat untuk kemajuan Kota Pontianak sebagai bagian penghargaan kita kepada para pejuang yang telah menjadi korban keganasan Jepang," katanya.
Peristiwa Mandor adalah peristiwa pembantaian massal yang menurut catatan sejarah terjadi pada tanggal 28 Juni 1944, yang dikenang dengan istilah Tragedi Mandor Berdarah, karena telah terjadi pembantaian massal tanpa batas etnis dan ras oleh tentara Jepang.
Peristiwa ini ditetapkan sebagai Hari Berkabung Daerah yang diperingati setiap tanggal 28 Juni, sebagaimana dituangkan dalam Perda No. 5/2007 tentang Peristiwa Mandor, yakni setiap 28 Juni sebagai Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalbar.
(U.A057/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
"Saya berharap, ada suatu kemajuan yang membekas dalam tindakan untuk mengenang jasa-jasa pahlawan asal Kalbar, terutama mereka yang menjadi korban keganasan Jepang," kata Sutarmidji usai memimpin Upacara Bendera Mengenang Tragedi Mandor di Pontianak, Kamis.
Ia prihatin, masih banyak pelajar mulai tingkat SD, SMP dan SMA/sederajat yang mungkin tidak pernah mendengar nama-nama pahlawan Kalbar, atau kalaupun pernah mendengar, hanya segelintir nama.
"Untuk mengenang dan mengenalkan para pahlawan Kalbar di kalangan pelajar, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bisa saja memberi nama para pahlawan tersebut pada setiap kelas,� usulnya.
Selain itu, Dinas Sosial semestinya membuat prasasti yang memuat minimal nama-nama korban yang disebutkan dalam sejarah singkat Peristiwa Mandor di tempat-tempat umum, misalnya di Taman Alun-alun, Taman Digulis dan lainnya.
"Sekarang ini jangankan nama Pahlawan Kalbar, orang melihat Tugu Digulis kenapa bambu runcingnya ada 11 jumlahnya, atau kenapa namanya Digulis saja banyak yang tidak tahu," ungkapnya.
Hal ini, kata dia, karena masih banyak yang tidak mau belajar dan tidak mau membuat progress yang semakin baik untuk mengenang peristiwa berdarah itu.
"Saya berharap semuanya terus berbuat untuk kemajuan Kota Pontianak sebagai bagian penghargaan kita kepada para pejuang yang telah menjadi korban keganasan Jepang," katanya.
Peristiwa Mandor adalah peristiwa pembantaian massal yang menurut catatan sejarah terjadi pada tanggal 28 Juni 1944, yang dikenang dengan istilah Tragedi Mandor Berdarah, karena telah terjadi pembantaian massal tanpa batas etnis dan ras oleh tentara Jepang.
Peristiwa ini ditetapkan sebagai Hari Berkabung Daerah yang diperingati setiap tanggal 28 Juni, sebagaimana dituangkan dalam Perda No. 5/2007 tentang Peristiwa Mandor, yakni setiap 28 Juni sebagai Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalbar.
(U.A057/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017